Friday, July 25, 2014

Wajah Lain Sang Metropolitan

Kami adalah bagian dari Indonesia
Namun keberadaan kami tidak terlalu diperhitungkan
Bahkan bagi sebagian orang
Kami dianggap benalu yang merugikan

Kami adalah wajah lain dari kota ini
Kota yang penuh dengan gemerlap cahaya
Dan gegap gempita kehidupan si kaya
Kota dengan ratusan pencakar langit
Dan ribuan hunian mewah si orang berduit

Kami ada disini, ditengah kalian
Di bawah jembatan yang menjadi jalan bagi mobil miliaran kalian
Disisi tempat kalian berbelanja perhiasan ratusan juta rupiah
Di belakang restoran jutaan rupiah tempat kalian makan setiap hari

Ketika kalian berpikir apa makanan mewah yang ingin kalian makan nanti
Kami memikirkan apa kami bisa makan lagi di esok hari
Ketika kalian mencari makanan sehat untuk menjaga bentuk tubuh
Kami setengah mati kelaparan mencari sesuap nasi

Sebagian dari kalian berpikir kami adalah si buruk rupa
Wajah rusak yang mengganggu keanggunan dan kecantikan Sang Ibukota

Tapi pernahkah kalian memikirkan kami disini?
Kami sudah terbiasa dengan kehidupan yang keras
Tapi bukan hidup seperti ini yang kami inginkan
Hidup penuh dengan kewaspadaan
Ketakutan akan digusur
Ketakutan akan dikejar preman-preman gila
Ketakutan akan kepastian hidup kami hari demi hari

Hidup kami terasa tak ada nilainya
Kami bisa mati kapan saja
Kami bisa hilang kapan saja
Kami bisa dilukai, dibunuh dan dilecehkan
Adakah yang akan peduli kepada kami?
Adakah yang mengingat kami?
Adakah yang mau membela hak-hak kami?

Kami ingin menjadi pintar seperti anak-anak kalian
Kami ingin bisa bekerja di perusahaan bergengsi
Kami ingin bisa menjadi seseorang yang dibanggakan, tidak perlu oleh negara, cukup oleh orangtua kami saja

Kami tidak membutuhkan pengakuan kalian orang-orang kaya
Hanya keinginan untuk mencukupi sandang, pangan, papan kami
Jika pun kami mengemis, mengamen atau penyemir sepatu
Itu adalah jalan terakhir kami untuk bertahan hidup

Kami ingin menjadi seperti kalian
Berikanlah kami jalan
Kami tidak butuh belas kasihan
Kami tidak butuh bantuan dan uluran tangan kalian
Kami bukan pengemis

Kami ingin jalan itu, jalan yang dapat membawa kami kepada kemandirian
Jalan yang lebih nyata untuk menjamin kehidupan kami
Bukan kehidupan kami satu hari yang akan datang
Tapi kehidupan kami satu tahun, lima tahun dan puluhan tahun yang akan datang

Didiklah kami
Ajarlah kami
Ubahlah pola pikir kami
Bersabarlah terhadap kami
Karena kami hidup dengan seperti ini sejak lama
Bersabarlah kepada kami karena jauh di dalam lubuk hati kami
Kami merindukan perubahan itu, perbaikan kehidupan

Kami memang orang kecil
Namun bukan berarti kami semua berpikiran sempit
Adakah kalian ingin memberikan  kesempatan itu?
Atau haruskah kami memohon kepada Tuhan
Menggerakkan hati dan melembutkan kalian?
Mengingatkan kalian bahwa kami ada di sini
Hidup berdampingan dengan kalian
Memandangan kelebihan hidup kalian
Dengan kekurangan kami disini?



Suara hati kami,
Anak-anak yang bersembunyi di bawah kolong jembatan
Jakarta, 25 Juli 2014



No comments:

Post a Comment