Jika kamu bertanya padaku, "Tres...kamu cinta nga sama Indonesia?"
Ya...mungkin butuh waktu bagiku untuk memikirkan jawabannya. Jika kamu
bertanya padaku "Tres...doyan nga sama masakan Indonesia?" Dengan cepat
aku akan menjawab, "Iyaaaaa....gila waktu belajar bahasa diluar selama
setahun kangen banget sama masakan Indonesia, kangen sayur asem, ayam
goreng, sambel terasi, kecap manis, beraneka ragam masakan Padang,
sambel goreng ati, mie ayam depan rumah, mie tektek" Aku bisa
menyebutkan ribuan jenis makanan yang aku kangenin dari Indonesia. Namun
jika kamu bertanya, "Cinta nga sich kamu sama Indonesia?Apakah kamu
memiliki rasa nasionalisme terhadap Indonesia?" Aku...membutuhkan waktu
untuk berpikir dan menjawabnya.
Ketika pertanyaan tersebut terbersit dalam pikiranku, aku jadi mengingat masa-masa ketika aku masih sekolah dulu, ketika SD setiap hari Senin, aku dan teman-temanku selalu datang ke sekolah lebih awal karena ada Upacara Bendera yang merupakan ritual wajib setiap hari Senin. Memakai dasi merah dan topi merah putih serta seragam putih merah, kami berbaris rapi mengikuti Upacara Bendera. Mendengarkan arahan dari Pemimpin Upacara (aku lupa sebutan pastinya), kala itu kami hafal urutan-urutan pelaksanaan Upacara Bendera. Lagu Indonesia Raya berkumandang dinyanyikan oleh seluruh peserta upacara mengiringi pengibaran Bendera Merah Putih. Pembacaan teks UUD 1945, teks Proklamasi (setiap tanggal 17 Agustus) dan teks Pancasila. Menyanyikan lagu wajib yang beraneka ragam setiap minggunya, Satu Nusa Satu Bangsa, Berkibarlah Benderaku, Tanah Airku dan lagu-lagu kebangsaan lainnya. Kemudian momen yang paling menyentuh adalah pada saat lagu Mengheningkan Cipta dikumandangkan diiringi dengan tiupan seruling, momen untuk menghormati jasa para pahlawan yang telah gugur. Setelah Upacara selesai, yang terasa lama sekali, akhirnya kami melepas topi dan dasi kami, kembali ke kelas dan memulai kegiatan belajar mengajar.
Ketika itu bagiku Upacara Bendera adalah kewajiban sekolah, menghafal Pancasila adalah kewajiban supaya ulangan PPKn dapet nilai bagus, menghafal sejarah supaya ulangan Sejarah dapet nilai bagus, menghafal lagu nasional supaya pelajaran Seni Suara dapet nilai bagus. Semuanya tidak lebih dari sebuah kewajiban dan mendapatkan nilai yang bagus dan menjadi juara kelas.
Namun, jika aku melihat anak-anak Sekolah Dasar zaman sekarang, aku sering bertanya-tanya, apakah mereka masih wajib Upacara Bendera sekali setiap minggu?Apakah mereka masih hafal Pancasila?Apakah mereka tahu ya lagu-lagu nasional Indonesia?Aku pernah bertanya kepada dua orang sepupuku yang sekarang kelas 2 SMA dan 1 SMP, mengetahui mereka tahu Pancasila saja rasanya senang sekali. Ketika ditanya tentang lagu nasional, mereka hanya tersenyum saja dan balik bertanya "Emang cici masih hafal?"Hahahaa...*hening sesaat*
Betapa menyedihkannya bangsa ini jika banyak sejarahnya telah terlupakan. Berapa banyak dari kita yang mengetahui perjalanan sejarah Bangsa ini terlepas dari apakah cerita tersebut benar atau tidak? Berapa banyak dari kita yang peduli terhadap nasib Bangsa ini? Berapa banyak dari kita yang berani berkata dengan sungguh-sungguh dan bangga "Ya, saya Bangsa Indonesia dan saya bangga menjadi warga Indonesia"? Berapa banyak dari kita yang berani berkorban untuk kelangsungan Bangsa Indonesia, demi negeri tercinta ini?
Jika aku melihat film-film tentang kemerdekaan (terlepas cerita tersebut nyata atau fiksi), para patriot tersebut rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk kemerdekaan bangsanya, demi memberikan kehidupan yang lebih baik bagi anak cucu mereka di masa yang akan datang. Tidak ada ceritanya bagi mereka bergalau ria sepanjang hari karena surat cinta yang tidak dibalas kekasihnya, tidak ada ceritanya bagi mereka untuk berselingkuh dan mendua hati, tidak ada waktu bagi mereka untuk melakukan semua itu. Bagi mereka nasib bangsa ini terlalu penting untuk dipertaruhkan hanya karena urusan romantisme yang dangkal dan bergalau ria. Coba kita bandingkan dengan keadaan saat ini, gaya hidup galau, konsumerisme, hedonisme yang aku tahu menjadi gaya hidup beberapa anak muda zaman sekarang dan mungkin tanpa aku sadari aku juga pernah dan masih terperangkap di dalamnya.
Banyak dari kita yang sering mengeluh dan memprotes begini dan begitu, tapi apakah kita sudah melihat ke dalam diri kita dan melakukan perubahan serta tindakan nyata? Sekecil apapun perubahan itu, akan sangat berarti untuk perubahan besar di masa yang akan datang. Misalnya seorang Ibu mengajarkan anaknya tentang kejujuran sehingga di masa yang akan datang anaknya memiliki integritas, seorang ayah mengajarkan anaknya tentang ketegasan sehingga tidak plin-plan saat menjadi pemimpin dan harus mengambil keputusan, kita bisa memulai dari lingkungan terkecil kita dulu dan tidak perlu terlalu muluk-muluk bertindak bagi bangsa dan negara Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Perubahan kecil itu mungkin tidak akan terasa dampaknya saat ini, namun kita bisa mempunyai harapan yang lebih besar di masa yang akan datang.
Bagiku, mencintai Indonesia bukan hanya berarti kita harus selalu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar dan pantang mempelajari bahasa asing. Bagiku, mencintai Indonesia juga berarti bagaimana dengan berbahasa asing kita dapat menjadi duta-duta bangsa untuk mengharumkan nama Indonesia di dunia internasional. Memahami kebudayaan dan sejarah Indonesia serta pemahaman diri kita tentang Indonesia untuk memberi pemahaman kepada teman-teman asing kita tentang Indonesia. Memasak masakan Indonesia dan memberikannya kepada teman-teman asing kita agar mereka memahami kekayaan cita rasa Indonesia. Berjalan-jalan, berwisata dan menikmati keindahan alam Indonesia dan memberitahukannya kepada teman-teman asing kita sehingga mereka tertarik untuk datang dan mengetahui apa itu dan dimana itu Indonesia. Dengan tindakan-tindakan kecil tersebut, akan memberikan pengenalan yang nyata tentang Indonesia dan rasa sayang kita kepada bangsa ini.
Dan ketika nanti pertanyaan tersebut kembali muncul "Cintakah Kamu Terhadap Indonesia?" Aku dan kamu, kita semua bisa menjawab "Ya, aku mencintai dan bangga terhadap Indonesia"
Dari aku yang masih belajar mencintaimu dengan tulus,
T
Jakarta, 21 Januari 2014
Ketika pertanyaan tersebut terbersit dalam pikiranku, aku jadi mengingat masa-masa ketika aku masih sekolah dulu, ketika SD setiap hari Senin, aku dan teman-temanku selalu datang ke sekolah lebih awal karena ada Upacara Bendera yang merupakan ritual wajib setiap hari Senin. Memakai dasi merah dan topi merah putih serta seragam putih merah, kami berbaris rapi mengikuti Upacara Bendera. Mendengarkan arahan dari Pemimpin Upacara (aku lupa sebutan pastinya), kala itu kami hafal urutan-urutan pelaksanaan Upacara Bendera. Lagu Indonesia Raya berkumandang dinyanyikan oleh seluruh peserta upacara mengiringi pengibaran Bendera Merah Putih. Pembacaan teks UUD 1945, teks Proklamasi (setiap tanggal 17 Agustus) dan teks Pancasila. Menyanyikan lagu wajib yang beraneka ragam setiap minggunya, Satu Nusa Satu Bangsa, Berkibarlah Benderaku, Tanah Airku dan lagu-lagu kebangsaan lainnya. Kemudian momen yang paling menyentuh adalah pada saat lagu Mengheningkan Cipta dikumandangkan diiringi dengan tiupan seruling, momen untuk menghormati jasa para pahlawan yang telah gugur. Setelah Upacara selesai, yang terasa lama sekali, akhirnya kami melepas topi dan dasi kami, kembali ke kelas dan memulai kegiatan belajar mengajar.
Ketika itu bagiku Upacara Bendera adalah kewajiban sekolah, menghafal Pancasila adalah kewajiban supaya ulangan PPKn dapet nilai bagus, menghafal sejarah supaya ulangan Sejarah dapet nilai bagus, menghafal lagu nasional supaya pelajaran Seni Suara dapet nilai bagus. Semuanya tidak lebih dari sebuah kewajiban dan mendapatkan nilai yang bagus dan menjadi juara kelas.
Namun, jika aku melihat anak-anak Sekolah Dasar zaman sekarang, aku sering bertanya-tanya, apakah mereka masih wajib Upacara Bendera sekali setiap minggu?Apakah mereka masih hafal Pancasila?Apakah mereka tahu ya lagu-lagu nasional Indonesia?Aku pernah bertanya kepada dua orang sepupuku yang sekarang kelas 2 SMA dan 1 SMP, mengetahui mereka tahu Pancasila saja rasanya senang sekali. Ketika ditanya tentang lagu nasional, mereka hanya tersenyum saja dan balik bertanya "Emang cici masih hafal?"Hahahaa...*hening sesaat*
Betapa menyedihkannya bangsa ini jika banyak sejarahnya telah terlupakan. Berapa banyak dari kita yang mengetahui perjalanan sejarah Bangsa ini terlepas dari apakah cerita tersebut benar atau tidak? Berapa banyak dari kita yang peduli terhadap nasib Bangsa ini? Berapa banyak dari kita yang berani berkata dengan sungguh-sungguh dan bangga "Ya, saya Bangsa Indonesia dan saya bangga menjadi warga Indonesia"? Berapa banyak dari kita yang berani berkorban untuk kelangsungan Bangsa Indonesia, demi negeri tercinta ini?
Jika aku melihat film-film tentang kemerdekaan (terlepas cerita tersebut nyata atau fiksi), para patriot tersebut rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk kemerdekaan bangsanya, demi memberikan kehidupan yang lebih baik bagi anak cucu mereka di masa yang akan datang. Tidak ada ceritanya bagi mereka bergalau ria sepanjang hari karena surat cinta yang tidak dibalas kekasihnya, tidak ada ceritanya bagi mereka untuk berselingkuh dan mendua hati, tidak ada waktu bagi mereka untuk melakukan semua itu. Bagi mereka nasib bangsa ini terlalu penting untuk dipertaruhkan hanya karena urusan romantisme yang dangkal dan bergalau ria. Coba kita bandingkan dengan keadaan saat ini, gaya hidup galau, konsumerisme, hedonisme yang aku tahu menjadi gaya hidup beberapa anak muda zaman sekarang dan mungkin tanpa aku sadari aku juga pernah dan masih terperangkap di dalamnya.
Banyak dari kita yang sering mengeluh dan memprotes begini dan begitu, tapi apakah kita sudah melihat ke dalam diri kita dan melakukan perubahan serta tindakan nyata? Sekecil apapun perubahan itu, akan sangat berarti untuk perubahan besar di masa yang akan datang. Misalnya seorang Ibu mengajarkan anaknya tentang kejujuran sehingga di masa yang akan datang anaknya memiliki integritas, seorang ayah mengajarkan anaknya tentang ketegasan sehingga tidak plin-plan saat menjadi pemimpin dan harus mengambil keputusan, kita bisa memulai dari lingkungan terkecil kita dulu dan tidak perlu terlalu muluk-muluk bertindak bagi bangsa dan negara Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Perubahan kecil itu mungkin tidak akan terasa dampaknya saat ini, namun kita bisa mempunyai harapan yang lebih besar di masa yang akan datang.
Bagiku, mencintai Indonesia bukan hanya berarti kita harus selalu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar dan pantang mempelajari bahasa asing. Bagiku, mencintai Indonesia juga berarti bagaimana dengan berbahasa asing kita dapat menjadi duta-duta bangsa untuk mengharumkan nama Indonesia di dunia internasional. Memahami kebudayaan dan sejarah Indonesia serta pemahaman diri kita tentang Indonesia untuk memberi pemahaman kepada teman-teman asing kita tentang Indonesia. Memasak masakan Indonesia dan memberikannya kepada teman-teman asing kita agar mereka memahami kekayaan cita rasa Indonesia. Berjalan-jalan, berwisata dan menikmati keindahan alam Indonesia dan memberitahukannya kepada teman-teman asing kita sehingga mereka tertarik untuk datang dan mengetahui apa itu dan dimana itu Indonesia. Dengan tindakan-tindakan kecil tersebut, akan memberikan pengenalan yang nyata tentang Indonesia dan rasa sayang kita kepada bangsa ini.
Dan ketika nanti pertanyaan tersebut kembali muncul "Cintakah Kamu Terhadap Indonesia?" Aku dan kamu, kita semua bisa menjawab "Ya, aku mencintai dan bangga terhadap Indonesia"
Dari aku yang masih belajar mencintaimu dengan tulus,
T
Jakarta, 21 Januari 2014
No comments:
Post a Comment