Sunday, July 27, 2014

Sebuah Renungan di Kafe Kecil

Tick...tock...tick...tock...
Waktu sudah menunjukkan hampir jam 6 sore
Belum lagi habis kuminum
Kopi panas yang kupesan sudah mulai dingin
Sandwich kesukaanku belum sedikitpun disentuh
Rasanya perut ini menolak untuk diisi
Dan tenggorokan lupa akan dahaga yang menyiksa 


Aku melayangkan pikiranku ke beberapa tahun silam
Kehidupan seorang remaja yang bebas
Seorang gadis remaja yang populer di sekolah
Taat dan rajin pelayanan di gereja
Terlihat ceria dan kuat
Satu hal yang orang lain tidak pernah tahu
Aku rapuh dan sering merasa kesepian
Gambaran keluarga yang rusak dan hancur
Terutama semenjak kepergian ibuku yang terlalu mendadak
Dipanggil ke hadapan yang Maha Kuasa saat usiaku masih terlalu dini
Ayah yang sangat jarang kutemui
Dan nyaris tidak pernah kurasakan keberadaannya

Sejak saat itu
Aku bekerja untuk mencukupi biaya sekolahku
Aku memiliki saudara-saudara
Namun mereka membenciku
Entah apa dosaku
Aku lebih sering menghabiskan waktu bersama dengan teman-temanku
Orang-orang yang kuanggap sebagai sahabat
Teman di saat suka dan duka
Dan ke pelukan mereka yang mengatakan sayang padaku
Sampai akhirnya kesalahan itu terjadi

Aku melakukan sebuah kesalahan yang tidak mungkin untuk diperbaiki
Aku memasuki sebuah masa yang teramat kelam dalam kehidupanku
Aku harus berani menanggung semua akibatnya
Keluar dari lingkungan rumah
Masuk ke sebuah neraka yang lebih menakutkan
Aku memutuskan untuk pergi
Mencari kehidupan yang lebih baik
Untuk membuktikan kepada mereka yang pernah meremehkanku
Bahwa aku mampu untuk maju dan berhasil
Tanpa sepeser pun bantuan dari mereka
Yang pernah melukaiku teramat amat dalam

Belasan tahun telah berlalu
Aku telah berhasil membuktikan diriku
Tuhan teramat baik dan menyayangiku
Dia membantuku melewati semua jalan terjal yang menghadang langkahku
Aku belajar untuk memaafkan dan mengobati lukai di masa lalu

Aku terus melangkah maju dan berjuang
Namun pelajaran di masa lalu tidak akan pernah sedikitpun aku lupa kan
Aku menemui mereka kembali yang pernah membuangku
Untuk berterima kasih atas perlakuan pahit mereka di masa lalu
Namun mereka tetap menganggapku duri dan sebuah penyakit
Dan kali ini aku hanya bisa tersenyum dan terus mendoakan mereka
Biarlah mereka dengan dendam dan rasa sakit mereka

Ternyata Tuhan belum selesai denganku
Sebuah hantaman keras Dia berikan lagi kepadaku
Mereka yang telah kuanggap keluarga baruku
Orang yang kuanggap sosok pria idaman yang akan mendampingiku
Mereka menyakitiku
Mereka mengkhianatiku
Mereka melukaiku
Terjebak dalam sebuah lembaga yang mengatasnamakan Tuhan
Mereka membuatku buta dan terlena
Hidup dalam delusi, dalam sebuah kenyataan yang tidak masuk akal
Mengorbankan segalanya untuk semua hal yang kuanggap mulia
Mengorbankan diri untuk mendapatkan sorga yang mereka katakan

Sampai akhirnya aku tiba di ujung delusi itu
Aku dihadapkan pada sebuah fakta
Mereka menghinaku
Menganggap aku kotor
Menganggap aku hina
Karena cerita masa laluku
Siapakah mereka dapat menghakimiku
Apakah mereka Tuhan?
Apakah mereka suci?
Bukankah mereka masih manusia?
Yang sama kotor dan hinanya seperti aku
Bukankah di hadapan-Nya tidak ada dosa besar dan kecil
Kita semua sama di hadapan-Nya
Ciptaan-Nya yang hina dan tak layak
Namun dimuliakan dan diselamatkan oleh anugrah-Nya

Mereka memintaku melupakan masa laluku
Mereka bisa memintaku melakuka hal ini dan hal itu
Tapi bukan masa laluku
Aku adalah seorang ibu
Apakah mungkin meminta seorang ibu melupakan anak-anaknya
Melupakan mahkluk mulia yang dikandung selama sembilan bulan
Yang dengan susah payah dikeluarkan dari rahimnya?
Aku gila jika aku mau melakukan hal itu

Ya Tuhan...aku sadar aku bukan orang suci
Aku pendosa dan hina
Tapi aku ingin berubah untuk menjadi lebih baik
Apakah kurang bukti yang kuperlihatkan kepada mereka
Selama enam tahun aku mengabdi pada mereka
Tanpa sepeser pun kemewahan yang mereka berikan padaku

Aku tahu Engkau menyayangiku Ya Bapa
Dan ini adalah jalan yang Engkau berikan kepadaku
Agar melalui aku, nama-Mu semakin dipermuliakan

Matahari sudah tenggelam, kembali ke kediamannya
Langit sudah mulai temaram
Bulan mulai muncul malu-malu di balik awan
Perlahan aku mulai dapat tersenyum kecil
Hati yang terasa pedih ini perlahan mulai membaik
Aku melangkah meninggalkan kafe kecil itu
Sebuah kafe yang terletak di bawah apartemen tempat aku tinggal
Meninggalkan kopi dan sandwich yang tidak kuhabiskan
Aku harus melangkah maju
Membuka sebuah bab baru dalam perjalanan kehidupanku
Sebuah cerita baru yang akan menjadi cerita bagi anak cucuku di masa depan

Seorang perempuan di kafe itu
Jakarta, 27 Juli 2014

No comments:

Post a Comment