Thursday, July 24, 2014

Sore Itu di Tugu Proklamasi

Entah mengapa suasana sore hari ini terasa begitu berbeda. Begitu banyak orang yang datang mengunjungiku. Hati ini sedikit sumringah dan bahagia. Di sebelahku didirikan sebuah tumpeng setinggi 7 meter. Sepertinya sebuah perayaan besar akan diselenggarakan disini. Tapi...perayaan apa?

Biasanya hanya anak sekolah yang mengunjungiku untuk membuat tugas sekolah. Atau para aktivis yang mulai rajin bersilaturahmi denganku setelah era Reformasi. Kata mereka, aku mengingatkan mereka pada peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Republik ini tanggal 17 Agustus 1945 yang silam. 

Aku masih ingat suara Bung Karno yang berkumandang ketika itu. Beliau memproklamirkan kemerdekaan Republik Indonesia yang terasa seperti embun di tengah kehausan rakyat akan kebebasan. Namun, kebebasan itu terenggut ketika bangsa ini memasuki zaman Orde Baru. Bangsa yang masih muda ini kembali dijajah. Namun yang menyedihkannya adalah mereka dijajah oleh bangsanya sendiri. Hatiku pilu dan sedih. Seandainya saja ketika itu para Bapak Bangsa di era kemerdekaan masih ada, mungkin mereka akan merasakan kekecewaan yang sama.

Namun hari ini...rakyat banyak kembali berkumpul disini. Mengingatkanku pada nostalgia masa lalu. Tapi tidak mungkin peristiwa bersejarah itu kembali terulang. Itu sudah puluhan tahun silam dan Bapak Bangsa itu sudah pergi mendahului rakyatnya. Sebenarnya apa yang sedang terjadi?

Sayup-sayup aku mendengar suara mereka yang lalu lalang. Aku mendengar bahwa mereka akan mengadakan pesta kemenangan untuk Presiden terpilih. Mereka bilang Presiden yang terpilih kali ini adalah harapan baru bagi mereka. Siapakah sosok Presiden terpilih ini? Mereka berkata bahwa beliau pernah menjadi Walikota Solo dua kali. Dan beliau juga masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Suasana sore yang mendung dan sedikit gelap tidak mereka hiraukan. Mereka sepertinya lupa kalau mereka sedang berpuasa dan mungkin hujan akan turun. Sejauh mata ini memandang, aku hanya melihat tawa dan senyuman serta semangat. Mereka semua larut dalam kegembiraan.

Siapa ya sebenarnya sosok Presiden terpilih ini? Apakah Pak Jokowi? Sepertinya akhir-akhir ini aku sering mendengar namanya disebut oleh para anak muda yang datang kesini. Jokowi-JK, katanya. Capres nomor 2. Salam Dua Jari, slogan yang sering aku dengar dari mereka. Apakah benar Beliau yang mereka maksud?

Akhirnya, sosok yang mereka tunggu datang sesaat sebelum adzan Maghrib bergema. Kehadirannya disambut dengan tepuk tangan dan keramaian orang yang memanggil namanya. Jokowi, kata mereka. Ternyata benar. Pak Jokowi adalah sosok yang mereka tunggu-tunggu. Sosok Presiden baru yang memenangkan 53,15% suara rakyat, kata mereka.

Menurut Abdi Slank, beliau adalah sosok harapan baru yang telah lama ditunggu-tunggu oleh para sesepuh di negeri ini. Para generasi tua yang sudah hidup lebih dari 60 tahun di Bumi Pertiwi ini, mengatakan akhirnya muncul sosok baru yang sempat hilang sejak masa Orde Baru. Mereka bersyukur masih hidup saat peristiwa ini terjadi. Oh ya? Benarkah? Sosok Pak Jokowi benar seperti itu? Mereka juga menyanyikan lagu Salam Dua Jari yang diganti menjadi Tiga Jari. Begitu besarnya kecintaan rakyat terhadap dirinya, tidak akan kecewa kah para rakyat itu?

Setelah Pak Jokowi naik ke atas panggung, Maklumat Rakyat yang berisi pesan kepada Pak Jokowi dibacakan. Kemudian Pak Jokowi bergantian memberi pesan. Beliau berkata bahwa  rakyat harus kembali merangkul kembali para sanak saudara, teman, kerabat dan sahabat yang sempat meregang hubungannya. "Mari jalin kembali tali silaturahmi yang sempat meregang bahkan terputus karena peristiwa Pilpres ini," katanya. Wah...apakah hal itu benar terjadi? Sepertinya pemilihan Presiden kemarin memang panas sekali ya. Akhirnya keramaian ditutup dengan doa lintas agama. Dan akhirnya...waktu berbuka pun datang. Para massa mengantri makanan yang telah disediakan.

Malam ini sekitar jam 7 malam, para pengunjung perlahan-lahan beranjak pulang. Mereka pamit pulang padaku. Aku senang sekali hari ini, aku kembali ramai dikunjungi. Bukan hanya oleh anak-anak sekolah. Bukan hanya oleh para turis asing. Aku dikunjungi oleh rakyat Indonesia. Aku tak tahu apakah pesta hari ini dapat dikatakan sebagai peristiwa sejarah. Namun yang aku tahu, dengan mereka mengadakan pesta kemenangan disini, paling tidak aku tahu bahwa aku masih dianggap berharga. Belum terlupakan.

Kepada Bapak Presiden yang terbaru, aku mohon Bapak sapat menjalankan amanat rakyat sebaik-baiknya. Bapak lihatkan betapa gembiranya mereka? Aku yakin Bapak tidak mau melihat mereka kecewa terhadap Bapak di lima tahun yang akan datang. Aku yakin Bapak tidak akan meredupkan dan mematikan harapan mereka. Aku percaya rakyat juga akan selalu siap mendukung, mengawal dan mengkritik Bapak dalam lima tahun ini. Selamat menikmati perjalanan baru ya Pak. Semoga lima tahun mendatang rakyat dapat tetap tersenyum dan memiliki harapan yang lebih nyata lagi.

Tugu Proklamasi,
23 Juli 2014

2 comments:

  1. setelah rakyat memilih. sekarang saatnya rakyat menjadi parlemen. good writing Tres.

    ReplyDelete