"Dimanakah Tuhan?apakah diri-NYA benar-benar nyata dan hidup?jika ya...mengapa aku mengalami hal seperti ini?"
Sepanjang perjalanan hidupku, tidak jarang pertanyaan diatas muncul dalam benakku. Ketika sedang menghadapi cobaan yang terasa berat bagiku, seringkali aku bertanya, "Tuhan...apakah Engkau nyata?apakah Engkau mengasihi dan sayang padaku?mana keajaiban yang kata orang-orang sering Kau tunjukkan pada anak-anak-Mu yang Engkau kasihi?". Aku marah, kecewa dan terluka, namun tak ada yang bisa aku lakukan, aku merasa tak berdaya. Jalan satu-satunya adalah berusaha untuk tetap kuat dan waras serta bersabar...hal tersebut yang terus menerus aku paksakan untuk dilakukan pada diriku agar aku bisa terus melangkah, tidak menjadi gila atau melakukan hal-hal bodoh. Ini hidupku, semua hal yang terjadi dan kulakukan adalah keputusan dan tanggung jawabku, tak ada satu pihak pun yang bisa kusalahkan.
Jika aku kembali mengingat sedikit demi sedikit ke masa lalu perjalanan hidupku...
Seharusnya aku sadar bahwa Dia mengasihiku, walau karya-Nya dalam hidupku mungkin tidak seperti orang-orang di luar sana yang mendapatkan mukjizat-Nya dengan sangat nyata, sebuah mukjizat yang kata orang hanya didapatkan oleh orang-orang yang sangat beriman.
Sejak usia sekolah tidak tinggal bersama dengan orangtua, pernah aku merasa kecewa dan kadang rasa ini masih kurasakan, namun setelah aku sadari, ini adalah cara-Nya membentuk kedewasaanku dan semangat juang untuk menjadi lebih baik
Menginjak usia remaja, patah hati untuk pertama kali, rasanya sakit dan merasa dimana Tuhan itu, kenapa Engkau membuat semuanya terasa menyakitkan padahal aku tidak pernah bermain dengan perasaan, namun rasa itu membuatku fokus di akhir tahunku di SMA, membuatku mendapatkan juara kelas, sempat ikut lomba ekonomi (walau tidak menang, hanya 10 besar) dan bisa masuk FE UI.
Mengikuti SMPB dan lolos seleksi, awalnya aku anggap biasa saja, namun setelah aku jalani...aku baru tahu bahwa tidak mudah bagi anak-anak sekolah swasta untuk bisa lolos SPMB dan lagi-lagi dia memberikan penyertaan-Nya padaku.
Ketika ingin memilih jurusan kuliah, aku tidak ingin mengambil ekonomi, namun...di kampus kuning tersebut aku belajar banyak hal untuk meningkatkan rasa percaya diriku, mulai dari berteman dengan teman-teman dari berbagai suku, agama dan latar belakang, mengajarku untuk menempatkan diri di posisi yang tepat. Aku belajar tentang bagaimana berorganisasi, secara profesional dan bertanggung jawab. Berkuliah di kampus kuning ini sangat membuka pikiran dan wawasanku.
Memiliki hubungan dengan yang berbeda agama. Hal ini mengajarku tentang bagaimana memandang agama orang lain dari sudut pandang yang berbeda dan saling toleransi saat orang tersebut menjalankan kewajiban agamanya. Hal ini mengajariku agar aku tidak menjadi terlalu naif dan menghakimi apakah agama lain tersebut benar atau tidak. Aku belajar untuk memahami bagaimana rasanya ketika menjalin hubungan dengan orang yang berbeda agama dan belajar untuk memahami rasa yang mungkin tidak semua orang bisa mengerti.
Lulus dan menjadi Sarjana Ekonomi kemudian aku diberi kesempatan untuk belajar bahasa di Beijing, sebuiah peristiwa yang bahkan dalam mimpi pun tidak berani aku bayangkan dan keajaiban itu datang, aku ke Beijing selama satu tahun.
Perjalananan di Beijing semakin memberi banyak warna dalam hidupku dan aku semakin diberi pemahaman apa arti tentang keberagaman.
Sekembalinya dari negara Tirai Bambu tersebut, aku bekerja di sebuah tempat yang mengajarkan aku lebih banyak hal tentang profesionalitas dan apa itu bertanggung jawab. Ditempa bekerja sampai larut malam setiap hari, membentukku menjadi lebih tangguh dan tidak cengeng, deadline harus diselesaikan, masalah dihadapi, bukan ditangisi!do something not whining...karena mengeluh tidak akan menyelesaikan masalah dan memenuhi tanggung jawabku di pekerjaan.
Setelah dua tahun bekerja di kantor itu, aku berhenti dan mengejar mimpiku yang lain, keluar dari zona nyaman, ribuan pertanyaan yang datang, bukanlah hal yang mudah untuk kuhadapi...namun keberhasilan itu akan lebih manis buahnya jika didapat dengan kerja keras dan keseriusan, aku kembali ditempa dan dicobai, tak jarang aku mengeluh dan merasa ingin menyerah, namun suara-Nya terus berbisik dalam hatiku, menyemangatiku untuk terus berusaha mencapai mimpiku. Tidak jarang langkah yang kuambil salah, namun tidak ada waktu untuk menyesal, aku harus melangkah. Seringkali orang mempertanyakan langkah yang kuambil, tapi tak ada waktu untuk meragu. Jalan yang kupilih ini bukan jalan yang mudah, tapi aku akan terus melangkah, walau tertatih-tatih dan harus merangkak.
Perjalananku setelah keluar dari pekerjaan terdahuluku membuat hidupku lebih berwarna, masuk ke sebuah organisasi sosial, memiliki teman dari sekolah desain dengan latar belakang beragam serta cara berpikir yang berbeda, mengajariku lebih banyak tentang bagaimana menjadi sosok yang dewasa dan memberikan kontribusi nyata bagi orang-orang di sekelilingku. Membuat hidup ini lebih bermakna dan berarti.
Penyertaan-penyertaan-Nya juga sering aku alami di saat hujan. Hujan selalu turun di saat aku sudah memiliki tempat berteduh atau saat aku sudah sampai tujuan. Jika pun hujan masih deras, selalu ada jalan bagiku untuk menempuhnya walau aku tidak memiliki payung.
Aku masih memiliki rasa apatis itu dan mempertanyakan keberadaan-Nya, namun jauh di dasar hati ini juga tahu bahwa aku akan mampu melewati semua ini dan Dia tak pernah meninggalkanku.
Aku mungkin bukan orang yang beriman dan patut dicontoh dan bukan pengakuan bahwa aku orang suci itu yang aku butuhkan. Aku hanya ingin mengatakan bahwa aku adalah seorang pendosa yang masih dikasihi oleh-Nya dan penyertaan-Nya selalu ada. Walau aku tidak beriman, Dia tidak menyerah untuk menjangkau hatiku dan memberikan anugrah-Nya.
Segala cobaan dan permasalahan yang kualami membentuk diriku yang sekarang dan perjalanan ini belum selesai. Semoga perjalananku di masa yang akan datang, akan membentuk diriku yang masih belum sempurna ini. Membuat diriku menjadi lebih baik dan bermakna dan semakin nyata merasakan mukjizat-Nya.
Dari aku yang masih mempertanyakan keberadaan-Nya,
T
Jakarta, 26 Januari 2014
Sepanjang perjalanan hidupku, tidak jarang pertanyaan diatas muncul dalam benakku. Ketika sedang menghadapi cobaan yang terasa berat bagiku, seringkali aku bertanya, "Tuhan...apakah Engkau nyata?apakah Engkau mengasihi dan sayang padaku?mana keajaiban yang kata orang-orang sering Kau tunjukkan pada anak-anak-Mu yang Engkau kasihi?". Aku marah, kecewa dan terluka, namun tak ada yang bisa aku lakukan, aku merasa tak berdaya. Jalan satu-satunya adalah berusaha untuk tetap kuat dan waras serta bersabar...hal tersebut yang terus menerus aku paksakan untuk dilakukan pada diriku agar aku bisa terus melangkah, tidak menjadi gila atau melakukan hal-hal bodoh. Ini hidupku, semua hal yang terjadi dan kulakukan adalah keputusan dan tanggung jawabku, tak ada satu pihak pun yang bisa kusalahkan.
Jika aku kembali mengingat sedikit demi sedikit ke masa lalu perjalanan hidupku...
Seharusnya aku sadar bahwa Dia mengasihiku, walau karya-Nya dalam hidupku mungkin tidak seperti orang-orang di luar sana yang mendapatkan mukjizat-Nya dengan sangat nyata, sebuah mukjizat yang kata orang hanya didapatkan oleh orang-orang yang sangat beriman.
Sejak usia sekolah tidak tinggal bersama dengan orangtua, pernah aku merasa kecewa dan kadang rasa ini masih kurasakan, namun setelah aku sadari, ini adalah cara-Nya membentuk kedewasaanku dan semangat juang untuk menjadi lebih baik
Menginjak usia remaja, patah hati untuk pertama kali, rasanya sakit dan merasa dimana Tuhan itu, kenapa Engkau membuat semuanya terasa menyakitkan padahal aku tidak pernah bermain dengan perasaan, namun rasa itu membuatku fokus di akhir tahunku di SMA, membuatku mendapatkan juara kelas, sempat ikut lomba ekonomi (walau tidak menang, hanya 10 besar) dan bisa masuk FE UI.
Mengikuti SMPB dan lolos seleksi, awalnya aku anggap biasa saja, namun setelah aku jalani...aku baru tahu bahwa tidak mudah bagi anak-anak sekolah swasta untuk bisa lolos SPMB dan lagi-lagi dia memberikan penyertaan-Nya padaku.
Ketika ingin memilih jurusan kuliah, aku tidak ingin mengambil ekonomi, namun...di kampus kuning tersebut aku belajar banyak hal untuk meningkatkan rasa percaya diriku, mulai dari berteman dengan teman-teman dari berbagai suku, agama dan latar belakang, mengajarku untuk menempatkan diri di posisi yang tepat. Aku belajar tentang bagaimana berorganisasi, secara profesional dan bertanggung jawab. Berkuliah di kampus kuning ini sangat membuka pikiran dan wawasanku.
Memiliki hubungan dengan yang berbeda agama. Hal ini mengajarku tentang bagaimana memandang agama orang lain dari sudut pandang yang berbeda dan saling toleransi saat orang tersebut menjalankan kewajiban agamanya. Hal ini mengajariku agar aku tidak menjadi terlalu naif dan menghakimi apakah agama lain tersebut benar atau tidak. Aku belajar untuk memahami bagaimana rasanya ketika menjalin hubungan dengan orang yang berbeda agama dan belajar untuk memahami rasa yang mungkin tidak semua orang bisa mengerti.
Lulus dan menjadi Sarjana Ekonomi kemudian aku diberi kesempatan untuk belajar bahasa di Beijing, sebuiah peristiwa yang bahkan dalam mimpi pun tidak berani aku bayangkan dan keajaiban itu datang, aku ke Beijing selama satu tahun.
Perjalananan di Beijing semakin memberi banyak warna dalam hidupku dan aku semakin diberi pemahaman apa arti tentang keberagaman.
Sekembalinya dari negara Tirai Bambu tersebut, aku bekerja di sebuah tempat yang mengajarkan aku lebih banyak hal tentang profesionalitas dan apa itu bertanggung jawab. Ditempa bekerja sampai larut malam setiap hari, membentukku menjadi lebih tangguh dan tidak cengeng, deadline harus diselesaikan, masalah dihadapi, bukan ditangisi!do something not whining...karena mengeluh tidak akan menyelesaikan masalah dan memenuhi tanggung jawabku di pekerjaan.
Setelah dua tahun bekerja di kantor itu, aku berhenti dan mengejar mimpiku yang lain, keluar dari zona nyaman, ribuan pertanyaan yang datang, bukanlah hal yang mudah untuk kuhadapi...namun keberhasilan itu akan lebih manis buahnya jika didapat dengan kerja keras dan keseriusan, aku kembali ditempa dan dicobai, tak jarang aku mengeluh dan merasa ingin menyerah, namun suara-Nya terus berbisik dalam hatiku, menyemangatiku untuk terus berusaha mencapai mimpiku. Tidak jarang langkah yang kuambil salah, namun tidak ada waktu untuk menyesal, aku harus melangkah. Seringkali orang mempertanyakan langkah yang kuambil, tapi tak ada waktu untuk meragu. Jalan yang kupilih ini bukan jalan yang mudah, tapi aku akan terus melangkah, walau tertatih-tatih dan harus merangkak.
Perjalananku setelah keluar dari pekerjaan terdahuluku membuat hidupku lebih berwarna, masuk ke sebuah organisasi sosial, memiliki teman dari sekolah desain dengan latar belakang beragam serta cara berpikir yang berbeda, mengajariku lebih banyak tentang bagaimana menjadi sosok yang dewasa dan memberikan kontribusi nyata bagi orang-orang di sekelilingku. Membuat hidup ini lebih bermakna dan berarti.
Penyertaan-penyertaan-Nya juga sering aku alami di saat hujan. Hujan selalu turun di saat aku sudah memiliki tempat berteduh atau saat aku sudah sampai tujuan. Jika pun hujan masih deras, selalu ada jalan bagiku untuk menempuhnya walau aku tidak memiliki payung.
Aku masih memiliki rasa apatis itu dan mempertanyakan keberadaan-Nya, namun jauh di dasar hati ini juga tahu bahwa aku akan mampu melewati semua ini dan Dia tak pernah meninggalkanku.
Aku mungkin bukan orang yang beriman dan patut dicontoh dan bukan pengakuan bahwa aku orang suci itu yang aku butuhkan. Aku hanya ingin mengatakan bahwa aku adalah seorang pendosa yang masih dikasihi oleh-Nya dan penyertaan-Nya selalu ada. Walau aku tidak beriman, Dia tidak menyerah untuk menjangkau hatiku dan memberikan anugrah-Nya.
Segala cobaan dan permasalahan yang kualami membentuk diriku yang sekarang dan perjalanan ini belum selesai. Semoga perjalananku di masa yang akan datang, akan membentuk diriku yang masih belum sempurna ini. Membuat diriku menjadi lebih baik dan bermakna dan semakin nyata merasakan mukjizat-Nya.
Dari aku yang masih mempertanyakan keberadaan-Nya,
T
Jakarta, 26 Januari 2014
No comments:
Post a Comment