Last Day in 2013.
Akhirnya...kami semua tiba pada hari terakhir di tahun 2013.
Pagi ini kami semua bangun kesiangan, benar-benar karena kelelahan setelah jalan berhari-hari. Kami sarapan nasi goreng di rumah dan perjalanan kami hari ini dimulai jam 11 siang. Tujuan pertama kami pada hari ini adalah Candi Borobudur, sebelum kami tiba di Candi Borobudur, kami menyempatkan diri untuk makan sop empal Pak Karto yang terkenal terlebih dahulu. Setelah sempat berputar-putar selama beberapa waktu, kami akhirnya tiba di sop empal yang kami tuju.
Ternyata Pak Karto telah meninggal dan sekarang yang berjualan adalah anak-anak dari Pak Karto, kakak beradik, kami pun akhirnya makan di sop empal Pak Haryoko.
Setelah mengenyangkan perut kami dengan sop empal, kami menyempatkan membeli kue pukis yang merupakan camilan favorit kami selama kami berlibur.
Akhirnya, pada jam 3 sore, kami tiba di Candi Borobudur. Cuaca yang mendung dan gerimis tidak menghilangkan keindahan dan kemegahan candi tersebut. Kami berjalan masuk dan berkeliling mulai dari putaran pertama di bawah sampai ke paling atas. Saat kami berjalan dan melihat-lihat, kami memperhatikan bahwa banyak stupa-stupa yang telah hilang dan digantikan dengan stupa baru yang terlihat sangat palsu. Banyak juga bagian tubuh dari sang Budha yang telah hilang, bagian tangan dan bagian kepala. Entah siapa yang berani mengambilnya, sangat disayangkan, warisan kebudayaan yang sangat megah ini harus rusak dan kehilangan eksotismenya perlahan-lahan karena keacuhan masyarakat yang seharusnya merasa memilikinya. Menurut informasi dari teman kami, status Candi Borobudur sebagai salah satu keajaiban dunia juga telah dicabut. Kebanyakan pengunjung yang hadir di candi ini hanya untuk berfoto-foto dan berjalan-jalan, namun tidak mengerti cerita di balik pembuatannya. Tempat ini seakan kehilangan makna sejarah dan nilai kebudayaannya. Saya juga tidak menyangkal bahwa saya adalah salah satu dari banyak pengunjung itu, karena saya juga tidak terlalu paham tentang sejarah dan cerita-cerita stupa yang terdapat di Borobudur. Seandainya saja kita bisa lebih peduli dan menjaga warisan budaya di tanah ini, mungkin keaslian dan nilai budayanya tidak akan hilang.
Setelah kami puas melihat-lihat Candi Borobudur, perjalanan kami dilanjutkan ke Goa Maria Sendangsono. Perjalanan untuk mencapai goa tersebut cukup panjang, namun ketika kami tiba di sana, rasa lelah tersebut tergantikan dengan keindahan dari Goa Maria yang cantik dan religius itu. Suasana khusyuk sangat terasa di antara para pengunjung yang sedang berdoa kepada Bunda Maria. Suasana alam yang dicampurkan dengan suasana religi terasa sangat manis dan menyenangkan ditambah dengan adanya anak-anak yang sedang berkumpul untuk merayakan tahun baru di tempat tersebut dengan melakukan misa Tahun Baru.
Setelah kami puas melihat-lihat goa tersebut, kami pun kembali pulang ke rumah dan menghabiskan tahun baru dengan makan satu ayam sebanyak 180 tusuk di rumah. Lalu kami mengobrol dan baru tidur pada jam 3 pagi.
Happy New Year 2014...malam Tahun Baru yang kami lewati dengan cara sederhana ini terasa tetap menyenangkan karena kebersamaan yang kami miliki selama perjalanan ini.
Xin nian kuai le,
T
31 Desember 2013
Akhirnya...kami semua tiba pada hari terakhir di tahun 2013.
Pagi ini kami semua bangun kesiangan, benar-benar karena kelelahan setelah jalan berhari-hari. Kami sarapan nasi goreng di rumah dan perjalanan kami hari ini dimulai jam 11 siang. Tujuan pertama kami pada hari ini adalah Candi Borobudur, sebelum kami tiba di Candi Borobudur, kami menyempatkan diri untuk makan sop empal Pak Karto yang terkenal terlebih dahulu. Setelah sempat berputar-putar selama beberapa waktu, kami akhirnya tiba di sop empal yang kami tuju.
Ternyata Pak Karto telah meninggal dan sekarang yang berjualan adalah anak-anak dari Pak Karto, kakak beradik, kami pun akhirnya makan di sop empal Pak Haryoko.
Setelah mengenyangkan perut kami dengan sop empal, kami menyempatkan membeli kue pukis yang merupakan camilan favorit kami selama kami berlibur.
Akhirnya, pada jam 3 sore, kami tiba di Candi Borobudur. Cuaca yang mendung dan gerimis tidak menghilangkan keindahan dan kemegahan candi tersebut. Kami berjalan masuk dan berkeliling mulai dari putaran pertama di bawah sampai ke paling atas. Saat kami berjalan dan melihat-lihat, kami memperhatikan bahwa banyak stupa-stupa yang telah hilang dan digantikan dengan stupa baru yang terlihat sangat palsu. Banyak juga bagian tubuh dari sang Budha yang telah hilang, bagian tangan dan bagian kepala. Entah siapa yang berani mengambilnya, sangat disayangkan, warisan kebudayaan yang sangat megah ini harus rusak dan kehilangan eksotismenya perlahan-lahan karena keacuhan masyarakat yang seharusnya merasa memilikinya. Menurut informasi dari teman kami, status Candi Borobudur sebagai salah satu keajaiban dunia juga telah dicabut. Kebanyakan pengunjung yang hadir di candi ini hanya untuk berfoto-foto dan berjalan-jalan, namun tidak mengerti cerita di balik pembuatannya. Tempat ini seakan kehilangan makna sejarah dan nilai kebudayaannya. Saya juga tidak menyangkal bahwa saya adalah salah satu dari banyak pengunjung itu, karena saya juga tidak terlalu paham tentang sejarah dan cerita-cerita stupa yang terdapat di Borobudur. Seandainya saja kita bisa lebih peduli dan menjaga warisan budaya di tanah ini, mungkin keaslian dan nilai budayanya tidak akan hilang.
Setelah kami puas melihat-lihat Candi Borobudur, perjalanan kami dilanjutkan ke Goa Maria Sendangsono. Perjalanan untuk mencapai goa tersebut cukup panjang, namun ketika kami tiba di sana, rasa lelah tersebut tergantikan dengan keindahan dari Goa Maria yang cantik dan religius itu. Suasana khusyuk sangat terasa di antara para pengunjung yang sedang berdoa kepada Bunda Maria. Suasana alam yang dicampurkan dengan suasana religi terasa sangat manis dan menyenangkan ditambah dengan adanya anak-anak yang sedang berkumpul untuk merayakan tahun baru di tempat tersebut dengan melakukan misa Tahun Baru.
Setelah kami puas melihat-lihat goa tersebut, kami pun kembali pulang ke rumah dan menghabiskan tahun baru dengan makan satu ayam sebanyak 180 tusuk di rumah. Lalu kami mengobrol dan baru tidur pada jam 3 pagi.
Happy New Year 2014...malam Tahun Baru yang kami lewati dengan cara sederhana ini terasa tetap menyenangkan karena kebersamaan yang kami miliki selama perjalanan ini.
Xin nian kuai le,
T
31 Desember 2013
No comments:
Post a Comment