Friday, September 5, 2014

Life as The Middle Child in The Family

"We cannot choose when we want to be born, which order we are in the family, the oldest one, middle one or youngest one."

Aku terlahir sebagai sebagai anak kedua di keluargaku. Sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, perempuan sendiri yang diapit oleh dua orang saudara lelaki, mereka bilang aku beruntung. Benarkah?

Sejak kuliah, aku tertarik untuk mengetahui tentang psikologi (walau aku kuliah di fakultas ekonomi). Aku sering ingin tahu apakah urutan kelahiran anak di dalam sebuah keluarga, akan mempengaruhi sifat dan karakter anak tersebut. Berbagai artikel telah kubaca. And yes..it is interesting.

Keunikan menjadi anak tengah adalah memiliki posisi "di antara". You are not the oldest child, because you have older brother or sister and you are not the youngest one because you have younger brother or sister. Yes...we are in the middle.

Anak tengah pernah memiliki perasaan menjadi anak paling kecil, sebelum adik terkecil lahir. Sama seperti seorang kakak tertua, dia pernah merasakan pernah menjadi anak tunggal sebelum memiliki adik. Sejak memiliki adik, seorang anak tertua memastikan kedudukannya, yes...i'm the oldest one here. Dan anak ketika anak kedua memiliki seorang adik, posisinya sebagai anak terkecil tergantikan. Dia bukan lagi menjadi anak bungsu. Bukan yang tertua dan bukan yang termuda, memiliki dua gelar, adik dan kakak pada saat yang bersamaan.

Ketika masih kecil, sempat ada kebingungan. Bagaimana caraku memosisikan diri? Berada di dekat kakakku, kadang aku harus mengalah karena dia jauh lebih tua. Kalau tidak mengalah atau melawan artinya tidak sopan. Berada di dekat adikku, aku merasa posisiku sebagai anak terkecil direnggut, well...aku harus mengalah sama dia karena dia adik terkecil. Kalau aku tidak mengalah, dia akan menangis dan aku dianggap kakak yang jahat.

Selama masa kehidupanku sebagai anak-anak, aku selalu menempatkan posisiku dalam posisi "antara"tersebut. Dan akhirnya, mengalah menjadi posisi yang lebih aman untuk menghindari konflik. Menjadi anak perempuan satu-satunya, am I feel special? to be honest, I don't know. Hahahaha....what is the definition of special itself?

I don't know really know how my older brother and younger thinking. But this is the way I think. Sebagai anak kedua, aku belajar untuk menempatkan posisi. Seperti halnya peran sebagai kakak atau adik, dalam kehidulan sosial, aku belajar kapan harus bisa bersikap tegas dan kapan bisa bersikap manja. Terasa seperti ada dua karakter yang berbeda dalam diri ini, namun bukan bermaksud untuk menjadi munafik.

Sering mencari posisi aman dan menghindari konflik juga terbawa dalam kehidupan sosialku, entah dalam sebuah hubungan pribadi atau berorganisasi. Aku tidak terbiasa untuk menjadi orang yang vokal dan bebas mengutarakan pendapat dan isi pikiran. Aku terbiasa untuk diam dan tidak terlihat. Butuh waktu sangat lama untuk mengubah sifat ini. Dan terima kasih kepada kesempatan dalam hidupku ketika aku berkuliah jauh dari rumah dan belajar berorganisasi di kampus, pelan-pelan aku belajar untuk berubah.

Dalam hubungan pribadi, kebiasaan menghindari konflik menjadikan aku berada dalam posisi yang mengalah. Tidak bertengkar lebih baik, aku tidak menyukai argumentasi dan perdebatan. Jika ada rasa sakit, lebih baik kusimpan sendiri. Nobody will knows.

Tentang penghargaan terhadap diri, I used to be very insecure. I never think that I'm that special. People care more about the first and the last, not the middle one. I think they easily forgotten. Menjadi anak tengah menjadikanku memiliki keinginan untuk menjadi yang terbaik, only to be seen. Ketika berada dalam masa remaja, well...I need to have a lot of achievement in school. Menjadi 10 besar di sekolah, masuk ke sekolah dan universitas favorit. I'll do everything only to be seen.

Telah banyak hal yang dilewati dan dijalani dan aku masih terus belajar menjalani posisi ini. But I confessed, they are two my very awesome brothers. Walau terkadang menyebalkan, but...I love them. And yes...now I can feel more special than I used to be. Through a lot of journey I git a lot of lessons. And the journey is not over yet. Many things to be learned. And yes...I'm still not perfect and not that awesome angel up there. I'm still in the process in the university of life.

One of the middle child in the universe,
T
Jakarta, Sept 5th 2014





No comments:

Post a Comment