“Cha...elo udah pernah cobain Kopi Es Tak Kie
belum?”
“Belum Ter.”
Aku memang bukan pecinta kopi, tapi berhubung
perempuan yang akrab kupanggil Chacha ini adalah pecinta kopi, aku mewajibkan
dia untuk mencoba seteguk kopi di kedai ini.
“Elo udah lama tinggal deket sini, beneran ngga
pernah ke Kopi Es Tak Kie? Gw emang bukan pecinta kopi sih, tapi menurut
teman-teman gw yang suka kopi, ini salah satu kedai kopi yang harus elo coba
waktu elo ada di Pancoran,”saranku kepada Rissa
“Mungkin gw pernah ke sana,”jawab Rissa singkat, mungkin dia lelah melihat tingkahku yang seakan mengguruinya,hahaha...
Akhirnya kami berjalan kaki dari rumah Rissa ke
Pancoran, kebetulan kami perlu membeli barang-barang lucu di sana. Menemukan
kedai kopi di tengah-tengah daerah Pancoran yang sangat ramai dan pada sejak
dari pagi hingga sore hari bisa dianggap cukup tricky untuk orang-orang baru. Mengapa? Karena di sana banyak
gang-gang kecil dan kedai kopi tersebut terletak di salah satu gang tersebut.
Seorang sahabat pernah janjian untuk bertemu dengan temannya di kedai kopi
tersebut, bermodalkan Google Maps dia mencoba untuk menelusuri Pancoran sampai akhirnya
dia nyasar dan butuh waktu sekitar satu jam untuknya menemukan kedai kopi ini. Kedai
kopi yang didirikan sejak tahun 1972 ini terletak satu deretan dengan Pantjoran
Tea House yang baru dibuka beberapa bulan lalu. Jika berjalan kaki dari arah
Gajah Mada, tinggal belok ke kiri menyusuri Pantjoran Tea House dan di gang
pertama sebelah kanan masuk ke dalam kurang lebih 15 meter, kedai kopi lawas
ini akan terletak di sebelah kanan jalan tersebut.
“Bakso gorengnya Ci.”
“Buahnya Ci.”
“Mau makan apa Ci?”
“Mampir sini Ci.”
Dan beberapa pedagang makanan akan ramai
menghampiri para tamu yang berjalan masuk ke dalam gang itu. Jangan tergoda dan
pantang menyerah, berikan saja senyuman manis kepada penjual tersebut sembari
terus berjalan. Oiya...jangan heran mengapa mereka memanggil aku “Cici” padahal
nama aku “Tere”, “Cici” itu adalah sebutan untuk perempuan-perempuan Tionghoa. Dalam
bahasa asalnya “Cici” berasal dari kata “Jie jie” (baca: Cie Cie) yang artinya
kakak perempuan. Jadi bukan karena aku sudah ganti nama jadi “Cici” ya :D Setelah berjalan sekitar 15 langkah, maka akan
ditemukan sebuah kedai kopi kecil yang di depannya biasanya terdapat gerobak
pie-oh.
Suasana kedai kopi tepat di depan pintu masuk |
Suasana di sebelah kiri pintu masuk kedai |
Jam dinding, kalender-kalender dan foto-foto yang berjejer di pinggir kedai |
Foto yang menggambarkan suasana kedai beberapa tahun silam |
Kopi klasik, kopi susu dan kopi hitam, mana kesukaanmu? Rissa memberikan nilai 7,5, bagaimana dengan kamu? |
“Kopinya enak, ngga terlalu manis dan ngga terlalu
pahit, rasanya pas. Kalo buat gw, gw kasih nilai 7,5 dari skala 10.”
Kemudian, sembari menyeruput kopi dari gelas kami masing-masing, kami mulai bercengkrama dan membahas topik-topik absurd. Selama kami berada di sana, ada banyak tamu yang datang dan pergi, sebagian dari mereka datang untuk menikmati makan siang ditemani dengan segelas kopi. Sebagian dari mereka adalah para perempuan setengah baya yang baru saja selesai berbelanja dan mampir ke kedai tersebut untuk melepas lelah sebelum melanjutkan berbelanja. Terkadang ada pria paruh baya yang biasanya sudah pensiun datang bersama teman-temannya hanya sekedar untuk mengobrol bersama teman-temannya sambil bernostalgia dan menceritakan tentang usaha dan juga masa muda mereka.
Kemudian, sembari menyeruput kopi dari gelas kami masing-masing, kami mulai bercengkrama dan membahas topik-topik absurd. Selama kami berada di sana, ada banyak tamu yang datang dan pergi, sebagian dari mereka datang untuk menikmati makan siang ditemani dengan segelas kopi. Sebagian dari mereka adalah para perempuan setengah baya yang baru saja selesai berbelanja dan mampir ke kedai tersebut untuk melepas lelah sebelum melanjutkan berbelanja. Terkadang ada pria paruh baya yang biasanya sudah pensiun datang bersama teman-temannya hanya sekedar untuk mengobrol bersama teman-temannya sambil bernostalgia dan menceritakan tentang usaha dan juga masa muda mereka.
Suasana tepat di depan tempat duduk kami |
Berbagai pigura foto yang berjejer di dinding menggambarkan beberapa orang terkenal yang pernah mengunjungi tempat ini dan juga menggambarkan suasana pecinan Jakarta ini di masa silam |
Jadi apakah menemukan di mana kedai Kopi Es Takkie
masih menjadi sebuah teka-teki? Tidak sulit koq kalau mau bertanya, semua orang
pasti tahu. Jadi tinggal kesabaran aja untuk berjalan dan tidak malu bertanya.
Kalau dijutekin sama satu orang, tanya lagi ke orang lain, yang tangguh dan
sabar ya kalau jalan-jalan ke sana, hahaha...karena medan yang panas dan ramai,
biasanya sangat mudah memancing emosi.
Sebuah siang di Pancoran,
T
Jakarta, 24 Agustus 2016
Sebuah siang di Pancoran,
T
Jakarta, 24 Agustus 2016
No comments:
Post a Comment