Tuesday, August 23, 2016

Pak Oyan yang Legendaris Nan Bersahaja

“Jadi...malam ini kita akan makan mie goreng Oyan,”ucap seorang kawan yang baru saja kukenal dari Sukabumi.
Malam itu, udara di Sukabumi terasa lebih dingin dibandingkan Jakarta. Perjalanan ke tempat makan mie hanya sekitar 10 menit. Baru saja kami duduk di  mobil dan kami sudah dipersilahkan turun. Seandainya saja di Jakarta, jarak dari satu tempat ke tempat lain itu paliing cepat mungkin ditempuh dalam 30 menit sampai satu jam. Sesampainya kami di sana, di depan restoran kecil itu, kami disambut dengan sebuah tungku tempat memasak mie goreng. Ketika itu, terlihat asap yang mengepul keluar dari kuali yang besar dengan dua bongkah mie besar yang sedang digoreng. Setelah menunggu sekitar 15 menit, mie goreng yang Oyan yang legendaris itu pun keluar. Semangkuk mie goreng ukuran super jumbo dengan diameter mie yang juga besar dicampur dengan sayur sawi hijau, kol, telor dan daging lapchiong (babi). Mie non-halal yang berukuran super besar tersebut bisa dimakan bersama oleh empat orang. Dicampur dengan sambal yang segar dan juga acar membuat mie yang manis gurih tersebut menawarkan ragam rasa yang menggoda dan membuat ketagihan. Dalam sekejap saja, mie tersebut sudah habis dimakan oleh kami berempat.
Ketika kami sudah ngobrol-ngobrol santai untuk menghilangkan rasa kenyang, seorang teman asli Sukabumi terlihat sedang mengobrol dengan seorang bapak-bapak. “Tres...kamu tahu ngga mie Oyan itu maksudnya apa?” tanya teman tersebut tiba-tiba memanggil saya. “Ngga ko...” jawabku polos. “Sini sini...kamu ke sini, kamu tahu kan nama mie ini mie goreng Oyan, ini dia Pak Oyan yang legendaris yang memulai usaha mie goreng ini,”ucap teman tersebut menambahkan sembari mempersilahkan aku berjabatan tangan dengan Pak Oyan. Awalnya aku berpikir kalau mie goreng Oyan itu adalah jenis mie goreng khas Sukabumi, bukan karena Oyan itu adalah nama seseorang.

Karena rasa penasaran dan sedang menunggu beberapa teman yang akan menyusul ke tempat tersebut, iseng-iseng aku mengajak Pak Oyan mengobrol. Jadi Pak Oyan ini sekarang sudah berumur 64 tahun. Beliau memulai usaha mie gorengnya sejak tahun 1972 di Sukabumi, jadi sampai saat ini usahanya sudah memasuki tahun ke 44. Ciri khas dari mie ini adalah mie besar seperti mie Hokkian dan juga porsi besar yang bisa dimakan bersama dengan 3 sampai dengan 4 orang. Sangat lama berjualan dan juga terkenal membuatku tergoda untuk bertanya tentang pesaing-pesaing yang mungkin muncul dalam perjalanan usaha selama 44 tahun ini. Beliau mengatakan beberapa tahun yang lalu, ada seseorang yang datang kepadanya untuk menanyakan resep mie goreng Oyan yang legendaris ini, dia dengan santainya berkata bahwa dia memberitahukan resepnya kepada orang tersebut. Aku terpana ketika dia mengatakan hal tersebut. Lalu dia bercerita lagi tentang restoran di Bandung yang menggunakan nama yang sama dengan namanya “Oyan”. “Jadi di Bandung ada satu restoran yang menggunakan nama mie yang sama dan resep yang mirip, ya saya tidak apa-apa, toh kita semua ini juga sama-sama cari makan, kami cari makan, mereka juga cari makan, jadi tidak apa-apa jika ada yang mau ikutan membuka seperti di sini,” cerita Pak Oyan yang tidak keberatan teru menerus saya wawancara. Begitu sederhana jawabannya dan membuatku terkejut. Dirinya begitu murah hati dan tidak merasa terancam dengan keberadaan pesaing, karena pesaingnya juga membutuhkan makan.
Dan pertanyaan iseng terakhirku sebelum menutup pembicaraan karena ketika itu sudah malam dan terlihat bahwa mereka sudah siap-saip mau tutup,”Pak...ngga mau membuka cabang di mana gitu? Kan mienya enak dan banyak peminatnya?” Lalu dengan santai dan cueknya dia kembali menjawab,”Ngga usahlah...di sini aja, diterusin usahanya sama anak saya. Jadi mereka jualan bisa ganti-gantian juga.” Jadi sekarang mie goreng Oyan ini sudah masuk ke dalam generasi kedua. Pak Oyan memiliki empat orang anak dan semuanya perempuan. Keempat anaknya secara bergantian menggantikan Pak Oyan yang sudah pensiun ini untuk membuka kedai mie goreng sederhananya yang sangat legendaris di Sukabumi. Sebuah nilai tentang kesederhanaan dan berkecukupan yang tidak dapat dengan mudah dipahami oleh anak-anak muda yang ambisius dan penuh cita-cita. Terima kasih Pak Oyan untuk pelajaran tentang hidupnya, semoga mie goreng Oyan selalu menjadi mie legendaris yang tidak dengan mudah hilang terkikis oleh zaman dengan segala kesederhanaannya.

Alamat: sebelah Wihara Widhi Sakti, Jl. Pejagalan, Sukabumi, Jawa Barat.
Jam buka: mukai siang hari sampai habis pk.09.00

Perjalanan ke kota kecil nan bersahaja Sukabumi,
T
23 Agustus 2016

No comments:

Post a Comment