“Jadi...malam ini kita akan makan mie goreng Oyan,”ucap
seorang kawan yang baru saja kukenal dari Sukabumi.
Alamat: sebelah Wihara Widhi Sakti, Jl. Pejagalan, Sukabumi, Jawa Barat.
Jam buka: mukai siang hari sampai habis pk.09.00
Malam itu, udara di Sukabumi terasa lebih dingin
dibandingkan Jakarta. Perjalanan ke tempat makan mie hanya sekitar 10 menit. Baru
saja kami duduk di mobil dan kami sudah
dipersilahkan turun. Seandainya saja di Jakarta, jarak dari satu tempat ke
tempat lain itu paliing cepat mungkin ditempuh dalam 30 menit sampai satu jam. Sesampainya
kami di sana, di depan restoran kecil itu, kami disambut dengan sebuah tungku
tempat memasak mie goreng. Ketika itu, terlihat asap yang mengepul keluar dari
kuali yang besar dengan dua bongkah mie besar yang sedang digoreng. Setelah
menunggu sekitar 15 menit, mie goreng yang Oyan yang legendaris itu pun keluar.
Semangkuk mie goreng ukuran super jumbo dengan diameter mie yang juga besar
dicampur dengan sayur sawi hijau, kol, telor dan daging lapchiong (babi). Mie non-halal yang berukuran super besar tersebut bisa dimakan bersama oleh empat orang.
Dicampur dengan sambal yang segar dan juga acar membuat mie yang manis gurih
tersebut menawarkan ragam rasa yang menggoda dan membuat ketagihan. Dalam
sekejap saja, mie tersebut sudah habis dimakan oleh kami berempat.
Ketika kami sudah ngobrol-ngobrol santai untuk
menghilangkan rasa kenyang, seorang teman asli Sukabumi terlihat sedang
mengobrol dengan seorang bapak-bapak. “Tres...kamu tahu ngga mie Oyan itu
maksudnya apa?” tanya teman tersebut tiba-tiba memanggil saya. “Ngga ko...”
jawabku polos. “Sini sini...kamu ke sini, kamu tahu kan nama mie ini mie goreng
Oyan, ini dia Pak Oyan yang legendaris yang memulai usaha mie goreng ini,”ucap
teman tersebut menambahkan sembari mempersilahkan aku berjabatan tangan dengan
Pak Oyan. Awalnya aku berpikir kalau mie goreng Oyan itu adalah jenis mie
goreng khas Sukabumi, bukan karena Oyan itu adalah nama seseorang.
Karena rasa penasaran dan sedang menunggu beberapa
teman yang akan menyusul ke tempat tersebut, iseng-iseng aku mengajak Pak Oyan
mengobrol. Jadi Pak Oyan ini sekarang sudah berumur 64 tahun. Beliau memulai
usaha mie gorengnya sejak tahun 1972 di Sukabumi, jadi sampai saat ini usahanya
sudah memasuki tahun ke 44. Ciri khas dari mie ini adalah mie besar seperti mie
Hokkian dan juga porsi besar yang bisa dimakan bersama dengan 3 sampai dengan 4
orang. Sangat lama berjualan dan juga terkenal membuatku tergoda untuk bertanya
tentang pesaing-pesaing yang mungkin muncul dalam perjalanan usaha selama 44
tahun ini. Beliau mengatakan beberapa tahun yang lalu, ada seseorang yang
datang kepadanya untuk menanyakan resep mie goreng Oyan yang legendaris ini,
dia dengan santainya berkata bahwa dia memberitahukan resepnya kepada orang
tersebut. Aku terpana ketika dia mengatakan hal tersebut. Lalu dia bercerita
lagi tentang restoran di Bandung yang menggunakan nama yang sama dengan namanya
“Oyan”. “Jadi di Bandung ada satu restoran yang menggunakan nama mie yang sama
dan resep yang mirip, ya saya tidak apa-apa, toh kita semua ini juga sama-sama
cari makan, kami cari makan, mereka juga cari makan, jadi tidak apa-apa jika
ada yang mau ikutan membuka seperti di sini,” cerita Pak Oyan yang tidak
keberatan teru menerus saya wawancara. Begitu sederhana jawabannya dan
membuatku terkejut. Dirinya begitu murah hati dan tidak merasa terancam dengan
keberadaan pesaing, karena pesaingnya juga membutuhkan makan.
Dan pertanyaan iseng terakhirku sebelum menutup
pembicaraan karena ketika itu sudah malam dan terlihat bahwa mereka sudah
siap-saip mau tutup,”Pak...ngga mau membuka cabang di mana gitu? Kan mienya
enak dan banyak peminatnya?” Lalu dengan santai dan cueknya dia kembali
menjawab,”Ngga usahlah...di sini aja, diterusin usahanya sama anak saya. Jadi
mereka jualan bisa ganti-gantian juga.” Jadi sekarang mie goreng Oyan ini sudah
masuk ke dalam generasi kedua. Pak Oyan memiliki empat orang anak dan semuanya
perempuan. Keempat anaknya secara bergantian menggantikan Pak Oyan yang sudah
pensiun ini untuk membuka kedai mie goreng sederhananya yang sangat legendaris
di Sukabumi. Sebuah nilai tentang kesederhanaan dan berkecukupan yang tidak
dapat dengan mudah dipahami oleh anak-anak muda yang ambisius dan penuh
cita-cita. Terima kasih Pak Oyan untuk pelajaran tentang hidupnya, semoga mie
goreng Oyan selalu menjadi mie legendaris yang tidak dengan mudah hilang terkikis
oleh zaman dengan segala kesederhanaannya.
Jam buka: mukai siang hari sampai habis pk.09.00
Perjalanan ke kota kecil nan bersahaja Sukabumi,
T
23 Agustus 2016
No comments:
Post a Comment