Friday, March 27, 2015

Hey Single Lady : Why Am I Still Single and His Plan



Bulan September ini, aku akan segera menjadi seorang wanita muda berusia 28 tahun. Dan bulan Juli ini, aku akan resmi menyandang status single selama 4 tahun. Ketika keluarga dan teman-temanku mendengar hal ini, reaksi yang mereka berikan sangat beragam,

Mulai dari kaget, “Apa Tere? Nga salah loe? Lama amat jadi jomblo…masa sich empat tahun nga ada yang deketin elo?” komentar ini biasanya diberikan oleh teman-teman yang seumuran dan belum terlalu dekat sama aku.

Terus ketawa versi satu, “Aduh Ter…jomblo ngenes banget sich loe sampe empat tahun, sama lha kayak gw, huahaha…temen galau bareng.” Nah komentar ini biasanya dikeluarin sama temen-temen seumuran yang udah sama-sama deket dan sama-sama jomblo, hahaha…

Kalau ketawa versi dua, “aduh Ter..dari gw kenal elo sampe sekarang…kalau ketemu sama elo pasti sendirian terus, nga pernah ada gandengan, hahahaha…sampe si A dan B udah married terus punya anak, gw aja sampe udah married Ter…hahaha” nah komentar ini biasanya dikeluarin sama temen yang baru kenal sejak aku jomblo 4 tahun lalu sampai sekarang, becanda dan mengejek penuh arti, dasar jelek…

Reaksi kasihan, “Seriusan Ter…sini dech aku kenalin sama temen aku, masa cewek kayak kamu nga ada yang mau sich?” emang gw cewek kayak apaan maksudnya (grrrr….huahahaha….) nah komentar ini biasanya dikeluarin sama temen-temen seumuran atau lebih tua yang udah punya pacar, yang sebentar lagi mau married atau udah punya anak.

Kemudian reaksi menasihati, “Makanya Tres…jadi cewek tuch jangan terlalu pemilih, kalau ada yang lumayan baik ya dijalani dulu aja, kan nga ada salahnya…kamu mau kayak si Tante A yang kayak begini…atau si Tante B yang kayak begitu? Semua orang tuch harus punya pasangan supaya nanti kalau udah tua ada yang temenin dan ada anak-anak yang merawat…bla bla bla…” dan biasanya pembicaraan itu akan menjadi konseling panjang yang terdengar bijaksana dan aku cuma bisa “iya iya” aja. Biasanya komentar ini dikasih sama keluarga dekat kalau lagi kumpul-kumpul keluarga. Kalau lagi kayak begini mau buru-buru ngilang dan pulang aja rasanya, akhirnya pura-pura laper atau haus, “Aku mau makan dulu ya…laper” atau “Aku mau ambil es buah dulu ya…menggoda banget kayaknya tuch disana.” Huahauhaa…

Menanggapi mereka…reaksiku juga beragam.

Dari yang males, “Apaan sich..bosen dech…ngomonginnya begituan mulu.”
Diem dan cuma senyum aja kalau ditanya.
Terus yang bete, “Udah ah pulang aja.”
Sinis, “Lha…kan elo sama gw sama-sama jomblo…kenapa elo ngetawain gw?”
Minta dicariin, “Makanya cariin gw lah satu, gw udah males nyari.”
Sampe minta didoain, “ya…doain aja ya…”
Terus sampe becanda, “Iya…pacarnya lagi di jalan.” Padahal aku juga nga tahu di jalan kemana. Hahaha….ampun dech…seakan menjadi single itu adalah suatu penyakit dan wabah yang harus dihindari.

Bahkan karena status single-ku ini, aku sampai dilarang jadi bridesmaid di pernikahan sahabat-sahabat terdekatku lagi, jadi…aku jadi bridesmaid diem-diem untuk bulan Mei tahun ini (jangan ada yang ngadu ya…), hahaha...kalau menurut kepercayaan (entah dech kepercayaan siapa), jadi bridesmaid itu cuma boleh 3 kali dan nga boleh lebih. Dan aku…termasuk bulan Mei ini, aku sudah jadi bridesmaid sebanyak 7 kali, udah melebihi kuota sebanyak dua kali lebih, udah lha…jadi jomblo abadi nich kayaknya, huahaha….Sebenarnya pemikiranku sederhana sich, mereka bertujuh adalah sahabat-sahabat baikku dan ketika mereka meminta aku untuk jadi bridesmaid di acara bersejarah mereka, bukannya harusnya aku merasa tersanjung dan mana mungkin aku menolak. Aku hanya ingin membantu, sesederhana itu. Dan sepertinya Tuhan juga nga segitu jahatnya sama aku dech, masa sich Dia akan bilang, “Tres…karena kamu melebihi kuota jatahjadi bridesmaid dan tetap bandel, maka kamu nga Aku kasih pasangan.” Menurutku, Tuhan nga sepicik dan se-childish itu. Kalau pun aku nantinya hidup single, aku yakin alasannya bukan karena aku sudah melebihi kuota jatah bridesmaid itu sich, hahaha…There’s a bigger and more beautiful reason than that.


Sebagian dari mereka yang peduli dan “peduli” padaku selalu berkata kalau aku terlalu picky. Kadang aku sampai lelah menjelaskan kalau aku kayaknya nga sebegitu picky-nya, tapi ya…yang namanya milih pasangan sampai maut memisahkan masa iya sich mau milih yang asal-asalan. Nga kebayang hidup sama orang yang disayang dan dicintai sampai maut memisahkan. Pasti waktu wedding day pikiran aneh bakal muncul, kalau kehadiran dia nga cukup aku cintai dan cukup aku yakini untuk menemani seumur hidup, masa iya aku mau jadi Runaway Bride kayak Julia Roberts, kan biaya nikahnya mahal, sayang dong uangnya. Jadi…mendingan uangnya ditabung dulu sampai ada yang benar-benar diyakini kalau dia itu benar-benar aku cintai dan aku sayangi dan mampu saling mendukung satu sama lain dalam hubungan dengan Tuhan dan hal-hal lainnya. Jadi…kalau dibilang aku picky, ya lumayan lha…tapi kayaknya semua orang yang normal juga berpikiran seperti aku, tapi bedanya adalah mereka dengan cepat menemukan “the right one” dan jalanku berliku dan belum tentu juga sich akan menemukan orangnya.

Nah biasanya kalau aku ngomong, “Belum tentu juga akan ketemu.” Pasti bakal ada komentar lagi, “Bukannya belum ketemu, elonya aja yang kurang peka.” Ampun ya…ini kehidupan siapa sich sebenarnya, huahaha…sampe cape. Selalu aja ada komentar tentang bagaimana aku menjalani kehidupan ini dan status “single”-ku ini sering banget dipertanyakan. Dan sebagai seorang perempuan yang dapat dikatakan melakolis, analitikal dan pemikir, kan lama-lama jadi kepikiran juga, kadang bisa sedih, kadang bisa cuek, kadang nga peduli, kadang mau marah, kadang menganalisis diri sendiri, “What is wrong with me?” dan kadang sampe cuma bisa terdiam dan bercerita dalam doa dan keheningan (religious amat Ter, hahaha…*tapi beneran koq akhirnya cuma bisa terdiam dan berserah dibawa dalam doa segalau kegalauan dan kegundahan hati ini, huahahahaha…*).
Dan karena terlalu lama jadi jomblo, di suatu hari di tahun lalu salah satu temanku (yang seharusnya dia adalah teman dekatku dan paham bahwa aku susah untuk suka sama orang) tiba-tiba bertanya, “Jadi siapa korban kamu sekarang Tere?”
Dan aku nanya lha, “Korban apaan?”
Terus dia jawab, “Ya siapa yang lagi deketin kamu?”
Aku jawab aja, “Lagi nga ada koq yang deketin.”
Eh dia malah jawab, “Ah masa sich, pasti bohong ya Tere…udah ngaku aja.”
Ya aku cuma senyum terus jawab, “Ya emang beneran nga ada koq.”
Pas dia nanya kayak gitu aku biasa-biasa aja sich, udah biasa dianggep player…eh temenku yang lain yang malah bilang, “Koq dia ngomong gitu sich sama kamu Ter?”
Terus aku bilang, “Emangnya kenapa?”
Terus dia jawab, “Kamu  nga merasa tersinggung?”
Aku jawab, “Tersinggung kenapa?”
Dia jawab, “Ya dianggep kayak begitu.”
Terus aku jawab aja, “Ooo….emang harusnya tersinggung ya?”
Abis dia ngomong kayak gitu aku baru mikir, koq bisa ya bahkan orang yang sudah aku anggap sebagai sahabat mikir aku cewek “pemangsa”. Ya tapi ya udah lah ya, mereka bebas mikir apa pun yang mereka  mau. Logikanya sich mudah ya, kalau misalkan aku player…nga mungkin lah aku single sampe empat tahun, at least pasti gonta ganti lha (bukan bermaksud sombong lho ya, hahaha…nanti disalahartikan lagi). Tapi kalau aku bilang begitu, nanti temen aku pasti ada yang ngomong, “Iya…wajar elo jomblo…elo PHP-in orang terus sich..” salah lagi, huahahaha…emang enak banget ya kalau kasih komentar tentang kehidupan orang. Hahaha…emang lidah nga bertulang. Ya tapi dimaafkan lha omongan-omongan miringnya, aku juga pernah ngomongin orang jadi sama-sama penggosip juga, saya maklumi kalau begitu.

Yap...begitu lah kurang lebih komentar orang-orang di sekitarku dan reaksiku, hahaha....welcome to my life.

Dan sekarang pertanyaannya adalah…Why Am I Still Single? After all these four years. Berdasarkan analisisku menjelang weekend ini (hari Jum’at) ini…entah bener atau tidak, entah ngarang atau nga…berhubung lagi iseng mau nulis tentang kehidupan single-ku, ini jawabanku…

  • Aku belum menemukan seseorang yang memiliki ketertarikan yang sama denganku. Meaning: menemukan orang yang tertarik sama aku dan aku tertarik sama dia (bahasa inggrisnya : like each other, love each other). Kondisi yang sering terjadi adalah ketertarikan satu arah. Aku suka, dia nga suka. Dia suka, aku nga suka. Some kind of unrequited love. I’ve been that kind of condition lately, tapi ya udahlah, move on aja…masih banyak ikan-ikan di luar sana, walau nga ada ikan yang seperti dia, huahahaha….*udah mulai korslet otaknya, ya daripada nangis mending diketawain, ya kan?* Baru ngerasain ternyata begini ya rasanya cinta bertepuk sebelah tangan, kalau kata temen-temenku, ini karma aku, huahuauhaa…kurang ajar emang ini pada.  Bukannya simpati, malah ngetawain. 
  • Aku memiliki banyak teman cowok, jadi sinyal ini udah mulai jelek menangkap sinyal pedekate dan bukan. Entah sejak kapan aku lupa, aku memiliki banyak teman cowok (bukan berarti aku nga punya temen cewek lho ya). Tapi…sejak aku kuliah, waktu aku ke Beijing sampai aku kerja, aku memiliki teman cowok yang mungkin jumlahnya seimbang atau lebih banyak dibanding teman cewek. Jadi kadang jalan berdua sama cowok yang beneran teman bukan suatu masalah sich buat aku. Dan mungkin hal ini menyebabkan aku nga tahu sebenarnya cowok ini cuma teman atau mau pendekatan. Mungkin karena terlalu casual, mungkin. Aku akan sulit menangkap sinyal saat seorang cowok baik sama aku, aku akan mikirnya ya dia enak dijadikan teman, anaknya asyik. Tapi aku dapat dengan mudah menangkap sinyal cowok yang nga tertarik sama aku, hahahaha…sedih ya, tragis emang. Jadi…please banget buat mereka yang lagi mau pedekate sama aku, kasih sinyalnya agak lebih kuat, karena entah ini perasaan udah mati rasa atau dingin, nga paham juga, hahaha… 
  •  Aku memiliki sedikit cerita-cerita masa lalu yang mungkin (cuma mungkin lho ya…) membuat aku sedikit trauma dengan status “in a relationship”.  Aku pernah ditinggal long distance terus putus. Aku pernah dijadiin pelarian terus ditinggal. Aku pernah punya pacar yang super posesif  dan pushy banget dan memiliki kecenderungan abusive, temperamental banget dech pokoknya (untungnya belum sampai abusive ke aku ya) dan akhirnya putus. Cukup kelam sich menurutku, tapi udah moved on dan mereka sudah dimaafkan koq, gimana pun aku pernah sayang sama mereka dan setiap dari mereka ngasih pelajaran penting dan berharga buat aku, mendewasakan aku, in a good and bad way lha. Jadi…saat ada yang mendekat, langsung dech aku super skeptic dan apatis, “Back off please…back off…jangan deket-deket.” Ditambah lagi baru aja bertepuk sebelah tangan, jadi tambah sedikit skeptic lagi dech, hahaha…:p 
  • Aku nga mau status “jadian” yang cuma untuk memiliki status “in a relationship”. Well…aku nga mau membuang waktu dan perasaan aku untuk seseorang cuma supaya aku punya status “hey…gw punya pacar lho”, hanya untuk memiliki seseorang yang digandeng dan dibawa kemana-mana, kalau untuk diajakin jalan sepertinya nga harus selalu bawa pacar, ya kan? Because…when I fall in love and care for someone, I will fall for him so hard and I totally care about him and I won’t wasting my time for someone who doesn’t really worth it. Daripada wasting time seperti itu, mendingan jalan sama temen-temen yang asyik dan membuat aku hepi. Udah cukup lha aku nangis-nangis dan galau-galau karena disakitin. I know what I deserve. 
  • Ya…mungkin aku emang terlalu picky. Mungkin benar sich apa yang mereka bilang, aku terlalu picky, ya tapi kan tapi kan…pembelaanku adalah…cari pacar itu kan pasti bakalan jadi prospek pasangan hidup dong, betul kan?
Dan yang namanya pasangan hidup itu buat seumur hidup kan?
Kalo udah ucapin janji setia di depan Tuhan, masa abis itu pisah, nga mau  kan?
Kalo pun nga pisah terus setiap hari berantem dan rumah kayak neraka dan nga ada kasih mesra, nga mau juga kan?
    Keluarga dan rumah itu kan menjadi pemberhentian terakhir dan tempat berlindung di saat jiwa ini lelah dengan dunia luar, kalau di dalamnya nga nyaman, buat apa berumah tangga, nga mau kan kayak begitu?
     Masa sich mau cari yang asal-asalan? Nga lha…kenapa sich nga ada yang mikir sejauh itu atau aku yang mikirnya kejauhan? Kebiasaan nich jadi orang melankolis dan keseringan menganalisis, mikirnya sepuluh ribu langkah ke depan, hahaha…I’m not a risk taker in terms of relationship kayaknya, pernah sich jadi risk taker tapi udah pension, udah cukup main-mainnya, perasaannya udah lelah katanya, jadi mendingan sendiri dulu dan galau-galau karena single tapi nanti bisa senyum lagi kalau udah galau overload dibandingin punya pasangan terus galau dan menderita seumur hidup karena nga sejalan (jangan sampe ya Tres…amit-amit). 

  •  I know too much broken relationships in marriage. Selama aku hidup, aku pernah melihat kehidupan rumah tangga yang penuh dengan pertengkaran dan tidak ada kasih mesra di dalamnya dan..mungkin tanpa disadari ini memberikan trauma sendiri bagiku, sudah masuk alam bawah sadarku maksudnya.
 Aku nga suka sama cowok yang suka teriak-teriak dan berkata kasar, aku nga bisa merasa nyaman dengan cowok-cowok seperti itu. Aku pernah melihat pertengkaran dalam rumah tangga yang sampai suami memukul istri dan istrinya berteriak-teriak kesakitan dan meminta ampun.
Aku pernah melihat rumah tangga yang hampir memutuskan untuk berpisah dan si anak diminta memilih ayah atau ibunya.
Aku pernah melihat seorang suami yang menjelek-jelekkan istrinya di depan orang lain, bukankah itu sama saja dengan dia mempermalukan dirinya dan keluarganya?
Aku pernah melihat seorang suami yang menjadi jauh dari orangtua dan saudaranya karena istrinya. Sedih ketika melihat seorang suami diharuskan memilih antara orangtua dan saudara atau istri dan anaknya.
Aku pernah melihat sebuah rumah tangga yang berakhir di tengah jalan karena adanya ketidakcocokan.
   Aku pernah digoda oleh seorang lelaki yang adalah suami orang, sudah sebegitu langkanyakah kesetiaan atau sudah sebegitu murahnya arti janji setia di hadapan Tuhan?
     Terlalu banyak kerusakan yang aku lihat dan alami. 
  •  Aku orang yang rumit dan sulit untuk dipahami. Aku sadar bahwa segala pengalamanku dan ceritaku membuatku menjadi seorang yang rumit dan sulit untuk dipahami, bahkan aku membutuhkan waktu yang sangat panjang dan perenungan yang dalam untuk memahami mengapa aku menjadi aku yang seperti ini saat ini. Aku ingin dimanja, tapi aku nga ingin dianggap seperti anak kecil dan diremehkan. Aku ingin disayang, tapi aku ingin diperlakukan sebagai lawan bicara yang setara. Aku ingin bisa menjadi orang yang dibutuhkan bagi dia dan dia bisa jadi orang yang dibutuhkan bagiku.
Di satu saat, aku ingin dia bisa memanjakan layaknya seorang ayah dan aku ingin bisa memanjakan dia.
Aku ingin dia bisa menjadi lawan bicara yang seimbang seperti berdiskusi dengan saudaranya.
Aku ingin dia bisa menjadi apa adanya dan tidak berpura-pura seperti dia berlaku dengan sehabat-sahabatnya.
Aku ingin dia bisa menjadikan sebagai kekasihnya dan bersikap manis dan romantis kepadaku, begitu pun sebaliknya.
Aku ingin saat dia bersamaku, dia bisa menjadi dirinya sendiri dan merasa nyaman, bahkan saat di dalam dia dan tak ada kata-kata yang bisa diucapkan.
Bingung kan pasti dan pasti langsung timbul pertanyaan atau komentar, “Ribet banget sich nie cewek.”

Melanjutkan point "Why Am I Still Single?" di blog aku sebelumnya, yeap...di bawah ini alasan-alasanku atas kehidupan single-ku yang udah cukup lama ya sepertinya...hahahaha...:D

  • Aku membangun tembok yang tinggi dan tebal supaya tidak ada yang masuk.  Aku sulit untuk menyukai seseorang dan aku sangat mudah kehilangan rasa terhadap seseorang. Dan ketika aku menyayangi, seakan semua logika dan akal sehat ini lenyap, yeap…I’ll do everything to make him happy. Dan disitulah aku menjadi bodoh dan suka mengorbankan perasaanku sendiri. Jadi…bahaya kalau nantinya aku bertemu dengan mereka yang tidak tulus menyayangiku dan hanya ingin memanfaatkanku. Dan karena itu tanpa sadar aku membangun tembok yang sangat tinggi dan tebal dan tidak jarang hal itu membuatku merasa kesepian dan sendirian, tapi…better that way, sometimes. Tapi bukan berarti aku nga pernah kecolongan juga sich, sometimes I fall for someone who doesn’t really worth it. 
  • Aku sulit menemukan orang yang memiliki visi dan misi yang sama seperti aku. Sebagai perempuan yang rumit, otomatis aku memiliki visi dan misi juga dapat dikatakan “unik” jika tidak mau dikatakan rumit, hahaha…aku ingin memiliki seorang pasangan yang seiman denganku, yeap…aku pernah memiliki hubungan beda agama yang dapat dikatakan ekstrim dan dapat dikatakan aku udah cukup bermain-main dengan mereka yang beda agama. Bukan berarti mereka nga baik, ada yang baik, tapi untuk jangka panjang, bukan mereka yang aku dan keluarga kecil itu butuhkan. Jadi…seiman aja cukup dong? Nah nga gitu juga…kalau bisa dia juga mengerti tentang ke-Kristenan yang dipercayanya (kenapa Kristen? Karena aku adalah penganut Kristen). Dia harus paham siapa yang selama ini dia percaya, yakini dan imani serta siapa yang dia layani, bukannya dia akan menjadi kepala keluarga nantinya? Aku bukan berkata agama lain nga baik atau agamaku lebih baik dari yang lain, aku percaya semua agama baik, tapi ini lebih kepada kesamaan pemahaman antara aku dan dia. Dan aku ingin dia juga memiliki pemahaman tentang dirinya sebagai orang Indonesia, well..bukan berarti dia harus menjadi aktivis, politisi, atau pasukan berani mati buat membela tanah air Indonesia, tapi aku ingin dia memiliki pemahaman bahwa dirinya adalah bagian dari Indonesia, hidupnya bukan hanya tentang keluarganya dan dengan Tuhan, tapi juga memiliki kecintaan dan rasa memiliki sebagai salah seorang rakyat Indonesia. Ribet kan? Rumit kan? Unik kan? Tapi boleh lha aku berangan-angan, huahahaha…Kalau rasa sayang dan cinta kepadaku serta bertanggung jawab itu mungkin sudah hal yang lumrah dan tidak rumit seharusnya.

  • Cowok yang “dikenalin teman” atau perjodohan nga pernah berhasil buatku. Nah…ini adalah hal yang paling lucu, entah dech udah berapa kali temanku ngenalin aku ke cowok, huahahaha…aku aja sampe nga bisa ngitungnya. Mereka yang dikenalin masih ada yang diam di contact BBM, line atau bahkan jadi teman facebook-ku. Sebagian dari mereka ada yang akhirnya cuma jadi silent contact BBM aja, huahahaha…sebagian dari mereka akhirnya jadi teman aja, nga lebih.  Awal-awal ngobrol di BBM tapi aku males kalo diajakin ketemuan, nga kenal jalan berdua kan aneh, lama-lama akhirnya dia ngilang sendiri. Atau ada yang suka sama aku, tapi akunya nga suka, trus males terus ngilang. Intinya sich…until now, dikenalin sama temen nga akan memberikan pengaruh banyak ke aku. Jadi kalo misalkan ada temanku yang baik dan perhatian terus bilang mau kenalin aku ke cowok, ya silahkan aja cuma buat nambah temen nga ada salahnya koq…dan aku udah yakin nga bakalan berlanjut kemana-mana, hahaha…just like before. 
  • I love to do sweet things dan kebanyakan mereka menjadi salah sangka. Saat aku mulai menyayangi dan peduli, aku akan dapat dengan sangat mudah menunjukkannya. Dan hal ini bukan hanya berlaku untuk satu orang atau pria tertentu lho ya. Saat aku merasa nyaman dengan satu peer atau circle terdekat dalam kehidupanku, aku suka melakukan hal-hal manis buat  mereka. Nga sering sich, tapi aku melakukan hal itu. Misalnya…ada temanku yang suka dengan pie ayam yang aku buat, kalau aku lagi ada waktu dan lagi rajin aku buat untuk mereka (dan udah lama sich aku nga buat, maaf ya…huahahaha…), terus kalo misalkan aku jalan-jalan dan ketemu hal yang enak dan aku pikir mereka suka, aku pasti beli beberapa buat mereka. Aku suka memperhatikan orang dan memberi untuk mereka yang aku sayangi dan berarti buat aku dan kadang hal itu membuat beberapa orang salah sangka. Dan ketika aku memperhatikan orang yang aku sayang secara istimewa mereka malah merasa biasa-biasa aja. Salah kirim sinyal, lagi…>.< ampun dech ampun…huahahaha…. 
  • Dia tidak harus adalah orang yang sempurna, paling tidak dia sempurna untuk aku. Huaahahha…ya kan secara aku juga nga sempurna ya, nga mungkin orang yang sempurna itu mau sama aku juga, jadi…asal kan dia memenuhi kriteria dasar yang aku miliki (dan cukup rumit itu) ya seharusnya itu tidak menjadi masalah, hahaha…tapi emang aku udah dasarnya picky, jadi…sudahlah…aku berhenti berharap, cape tingkat dewa. Huahahaha…Tres Tres…ribet amat jadi perempuan. 

  • I don’t have any clue to be in love and to be in relationship again. Entah udah sejak kapan rasanya aku lupa aku pernah benar-benar suka sama orang, jadi aku beneran nga ngerti dan paham saat aku suka sama orang aku harus seperti apa. Ketika rasa suka dan sayang itu muncul, seakan itu sebuah perasaan aneh yang nga masuk logika dan bikin aku cape. Seriusan dech..beneran udah lupa rasanya. Entah sejak bertahun-tahun yang lalu sampai akhirnya perasaan ini bisa datang lagi dan menghabiskan sebagian energiku. Hahahaha…bodoh llha, rasanya suka sama orang aja lupa apalagi kalo ngebayangin pacaran, huahaahaha…seriusan, susah banget. Jadi kalau ada yang deket ya paling jauh dijadiin temen atau sahabat buat ngobrol dan kalau  lagi butuh, kalau yang deket sampai deket…………………..banget itu kayaknya susah ya. Terakhir kali denger orang menyatakan perasaan suka ke aku aja balesnya susah, serba salah, mau nolaknya juga bingung. Kalau ditembak di dalem mobil, kalau aku tolak nanti aku diturunin di tengah jalan tol terus kalau aku hilang gimana (nga ada yang cariin juga sich). Kalau ditembak di satu tempat yang semi romantis tapi jauh dari rumah, nanti ditinggalin di restoran, huahahaha…ya berasa kayak anak SMA lagi lha, malah kayaknya pas SMA atau kuliah lebih pinter, huahahaha….jadi…biasanya aku bakal menghindar atau menjauh kalau tahu ada “sesuatu” yang mulai muncul. Dan sekaranga aku baru kena karma dijauhin sama orang yang aku suka, hiks…sedih sich, tapi ya udah lah…move on babe…move on…huahahaha… 
  • Last point for today about Why Am I Still Single adalah mungkin karena seperti lagunya Kunto Aji, Sudah Terlalu Lama Sendiri. Ya disadari atau tidak, disukai atau tidak, aku sudah mulai menikmati status kesendirianku ini ya.

Well…ada koq masa-masa dimana aku galau sampe super galau terus bertanya-tanya, “Emang gw segitu nga menariknya apa?” “Emang gw segitu picky-nya apa?” Mencari tahu apa yang salah di dalam diri sendiri, huahahaha…nangis juga pernah koq, hahaha…
Terus ada masa dimana bertanya, “Kenapa aku nga bisa suka sama orang yang cinta mati sama aku? Dan aku malah suka sama orang yang bahkan melirik aku juga nga.”
Ada masa dimana aku khawatir terus bertanya, “Mau single sampe kapan?”
Ada masa dimana super galau dan sedih itu serta masa nangis-nangis itu lewat dan ya jalanin aja status single-nya, melakukan pekerjaan terus jalan-jalan ke pulau lha kemana lha kesini lha kesitu lah
Ada masa dimana super hepi dan gembira-gembira aja, kayak…ya sudahlah…kalau begini yam au ditangisin juga percuma, jadi single kan bukan suatu penyakit atau wabah mematikan kan.


Dan akhirnya…aku berserah aja lha sama Dia, The Creator of My Life, well…selalu kembali kepada Dia. Sebagian orang bilang aku menyerah, sebagian orang bilang aku pasrah, ya apa pun yang mereka omongin, terserah sich. Satu hal yang saat ini aku percaya (walau kadang sering cape dan kehilangan iman, hahaha…) adalah…(ini serius lho..bukan sok religious) Dia punya rencana yang lebih besar dari rencana yang selama ini aku rancang, He always do, in His amazing way. Kenapa aku bisa dan berani berkata seperti itu? Karena…jika aku melihat kembali hidupku di masa lalu, semua dirancang oleh Dia dengan begitu indah dan berwarnanya, perjalanan yang naik dan turun, melalui lembah yang curam, bukit yang terjal, pepohonan yang rindang yang penuh kedamaian, semua pengalaman itu memberikan banyak cerita dan pelajaran berharga tentang arti kehidupan bagiku (ini aku nga lagi lebay lho…)
Seperti dalam tulisan-tulisan dan cerita-cerita aku sebelumnya, aku bukannya nga jarang bertanya, “Apalagi sich Tuhan? Apalagi sich yang mau kamu ajarkan kepadaku? Jujur nich…aku cape…kehilangan energi…jalannya berliku-liku amat sich, cape tahu Tuhan.”
“Tuhan…kenapa sich Kamu percaya kalau aku bisa melewati ini semua, aku aja merasa nga sanggup…beneran dech.”


Jika diingat-ingat lagi…
Jika aku nga putus dari pacar pertamaku (maaf ya sering aku mention, tapi aku udah moved on koq), mungkin aku nga akan pernah tahu kalau dulu aku sangat manja dan annoying, kind of demanding type of girlfriend. Kalau aku nga putus dari dia, aku mungkin nga akan tahu bagaimana rasanya mencintai seseorang dan akhirnya dikecewakan. Kalau aku nga putus dari dia, aku mungkin nga akan belajar untuk menjadi wanita yang lebih tegar dan kuat. Kalau aku nga putus dari dia, mungkin aku nga akan bisa memiliki perasaan empati kepada sahabat-sahabatku yang baru aja putus dari pacarku. Kalau aku nga putus dari dia, mungkin aku nga akan masuk FEUI dan menemui teman-teman yang hebat dan membuka wawasanku tentang keberagaman.

Jika aku berada di tengah keluarga dan pernikahan pasangan-pasangan yang sempurna, mungkin aku nga akan mengerti rasanya memiliki keluarga yang hancur dan memiliki empati kepada mereka yang pernah merasa kehilangan, ditinggalkan atau diabaikan.
Jika aku saat ini udah memiliki pasangan hidup dan menikah, mungkin aku nga akan paham pergumulan mereka yang saat ini belum menikah. Mungkin saat ini, aku masih berada dalam tahap ini. Aku nga tahu pelajaran apa yang ingin Dia berikan kepadaku. Apakah arti dari menunggu dalam kesabaran dan iman? Atau arti dari hidup sendiri dan tetap memiliki dampak bagi orang sekitar?


Jujur saja, cara Dia mendewasakanku begitu sempurna. Kalau melihat ke belakang, aku sangat terkagum-kagum sebenernya dan Dia benar-benar menjawab permintaanku pada waktu-Nya dan Dia memberiku pelajaran hidup yang memang selama ini aku minta dan doakan (walau kalau diingat-ingat lagi…ya itu sering banget aku ngeluh dan protes ke Dia, “Boleh nga sich jalannya santai aja Tuhan? Yang lurus dan lebar gitu, nga usah berliku-liku, terjal turun naik, kan aku jadi sering jatuh terus harus bangkit lagi, aku tahu sich kamu menggandeng aku dan sering menggendongku…tapi….aku cape…huhuu”
Tapi ketika aku sampai di tempat tujuan, aku cuma bisa terkagum, tersenyum terus bilang, “Wow…thank You God, for this journey. It is so beautiful…I feel so blessed and thank You.” Abis itu ketagihan dan minta perjalanan yang baru lagi (lupa sama capenya cerita…khilaf minta diajar lagi, ampun dech Ter…cukup kali…cape…) Dan aku sadar…sedikit atau banyak, aku yang dulu (old version of me) berbeda dengan aku yang sekarang (latest version of me). Kalau seperti kata Alkitab, bagaikan tanah liat dan bejana yang dibentuk sama Dia penjunanku, dicubit, ada yang dibuang, ada yang dihilangin, sakit sich…sakit banget….tapi pasti nanti jadi bejana yang cantik dan indah (amin ya amin…..)


Dan karena itu…aku menunggu…what’s the next big thing God? I’m waiting in curiosity, seriously. And I’m ready, for whatever Your plan is, maybe it won’t be easy for me and hurt me so much and make me cry, but…I’m ready God, I’m Yours. (well…it takes a lot faith for me to say this thing, hahahaa…aduh Tuhan, aku kan udah bilang nga mau menantang-Mu lagi,  damai ya Tuhan, aku beneran lelah ini, huhuhu…). Semangat! Semangat!


“Trust in the Lord with all thine heart; and lean not unto thine understanding.” (Proverbs 3:5)

This single lady,
T
Jakarta, March 27th 2015

3 comments:

  1. Huahahaha bagus2 there... gak ribet kok..
    ak juga punya perasaan dan pikiran ingin bersama pasangan seperti yg km tulis di point2 terakhir ceritamu :D good luck ya hehehe..
    tp yg paling lucu, km tulis habis bertepuk sebelah tangan... org nya baca tulisan ini gak ya... ???
    sapa tau setelah baca ini dia nembak km, krn baru tau perasaanmu :p hahahahaha Gbu

    ReplyDelete
  2. Halo mbak salam kenal! 😊 Postingan ini sudah agak lama. Mungkin banyak yg sudah berubah ya? Mungkin mbak sudah tidak single lagi (amin). Saya tertarik baca ini. Ini kasus nya hampir2 mirip dg saya, bedanya, saya 26 dan baru putus. Semua perkataan tmn2 kepada mbak sudah pernah saya alami. Mulai dari 'jgn pilih2', ditanya tanya, diberi cth si tante A, tante B, nasehat yg cuma bisa dijawab 'iya2'. Saya mengerti betul bagaimana perasaan mbak. Saya yg baru putus di 26 ini juga mulai berpikir ttg masa depan. Entah sampai brp lama lagi untuk saya (yg baru putus ini - hiks) ketemu yg baru. Krn saya bukan tipe perempuan yg mudah dapat lg setelah putus. Bersyukurlah sis, biar masih single (kalau msh single ya) setidaknya kamu pernah punya mantan2. Saya baru pertama jadian usia 24. Cukup mengejutkan yah? Dan sebelumnya blm pernah pacaran (pernah bbrp kali namun blm serius). Hanya di usia 24 kmrn lah yg bisa dikatakan serius. Terbayangkah saat saya di usia 23 dulu? Saat blm berpacar? org nanya 'mana pacarnya sudah 23' dan kaget mendengar kalau saya tdk pernah pacaran? Terdengar makin aneh kan? Namun bagaiman bila blm ada yg cocok? Masa harus dipaksa menjalani? Saya terus berdoa dan baru mendapat pacar saat 24. Sedihnya, kira stlh penantian panjang pasti ini yg terbaik dan jodoh. Eh namun ternyata putus juga disaat saya 26 ini. Ya semoga setelah ini saya dpt yg benar2 jodoh, dan semoga tdk terlalu lama penantiannya heheheh. Saya doakan juga supaya mbak tidak lama2 single nya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hello juga Mbak dvna...iya aku baru jadi single lagi Mbak...setelah beberapa waktu lqlu sempet pacaran...untuk menemukan cinta sejati sepertinya tidak ada batasan umur...baru putus dan tidak mwmiliki oacar bukanlah akhir dari hidup Mbak...kita masih pubya banyak hal dan kesempatan untuk dilakukan, mengembangkan karir, berjalan ke tempat-tempat yang belum pernah kita datangi...menikmati hidup dalam kesendirian kita...tidak perlu menunggu cinta untuk datang...dia akan datang di saat dan waktu yg tepat saat kita udah siap...semangat Mbak...tenang aja, kita ngga sendirian...welcome ya Mbak kalau masih mau cerita-cerita :)

      Delete