Bulan September ini, aku akan segera menjadi
seorang wanita muda berusia 28 tahun. Dan bulan Juli ini, aku akan resmi
menyandang status single selama 4
tahun. Ketika keluarga dan teman-temanku mendengar hal ini, reaksi yang mereka
berikan sangat beragam,
Terus ketawa versi satu, “Aduh Ter…jomblo ngenes
banget sich loe sampe empat tahun, sama lha kayak gw, huahaha…temen galau
bareng.” Nah komentar ini biasanya dikeluarin sama temen-temen seumuran yang
udah sama-sama deket dan sama-sama jomblo, hahaha…
Kalau ketawa versi dua, “aduh Ter..dari gw kenal elo
sampe sekarang…kalau ketemu sama elo pasti sendirian terus, nga pernah ada
gandengan, hahahaha…sampe si A dan B udah married terus punya anak, gw aja
sampe udah married Ter…hahaha” nah komentar ini biasanya dikeluarin sama temen
yang baru kenal sejak aku jomblo 4 tahun lalu sampai sekarang, becanda dan
mengejek penuh arti, dasar jelek…
Reaksi kasihan, “Seriusan Ter…sini dech aku kenalin
sama temen aku, masa cewek kayak kamu nga ada yang mau sich?” emang gw cewek
kayak apaan maksudnya (grrrr….huahahaha….) nah komentar ini biasanya dikeluarin
sama temen-temen seumuran atau lebih tua yang udah punya pacar, yang sebentar
lagi mau married atau udah punya anak.
Kemudian reaksi menasihati, “Makanya Tres…jadi
cewek tuch jangan terlalu pemilih, kalau ada yang lumayan baik ya dijalani dulu
aja, kan nga ada salahnya…kamu mau kayak si Tante A yang kayak begini…atau si
Tante B yang kayak begitu? Semua orang tuch harus punya pasangan supaya nanti
kalau udah tua ada yang temenin dan ada anak-anak yang merawat…bla bla bla…”
dan biasanya pembicaraan itu akan menjadi konseling panjang yang terdengar
bijaksana dan aku cuma bisa “iya iya” aja. Biasanya komentar ini dikasih sama
keluarga dekat kalau lagi kumpul-kumpul keluarga. Kalau lagi kayak begini mau
buru-buru ngilang dan pulang aja rasanya, akhirnya pura-pura laper atau haus, “Aku
mau makan dulu ya…laper” atau “Aku mau ambil es buah dulu ya…menggoda banget
kayaknya tuch disana.” Huahauhaa…
Menanggapi mereka…reaksiku juga beragam.
Dari yang males, “Apaan sich..bosen
dech…ngomonginnya begituan mulu.”
Diem dan cuma senyum aja kalau ditanya.
Terus yang bete, “Udah ah pulang aja.”
Sinis, “Lha…kan elo sama gw sama-sama jomblo…kenapa
elo ngetawain gw?”
Minta dicariin, “Makanya cariin gw lah satu, gw
udah males nyari.”
Sampe minta didoain, “ya…doain aja ya…”
Terus sampe becanda, “Iya…pacarnya lagi di jalan.”
Padahal aku juga nga tahu di jalan kemana. Hahaha….ampun dech…seakan menjadi
single itu adalah suatu penyakit dan wabah yang harus dihindari.
Bahkan karena status single-ku ini, aku sampai dilarang jadi bridesmaid di pernikahan sahabat-sahabat terdekatku lagi, jadi…aku
jadi bridesmaid diem-diem untuk bulan
Mei tahun ini (jangan ada yang ngadu ya…), hahaha...kalau menurut kepercayaan
(entah dech kepercayaan siapa), jadi bridesmaid
itu cuma boleh 3 kali dan nga boleh lebih. Dan aku…termasuk bulan Mei ini, aku
sudah jadi bridesmaid sebanyak 7 kali, udah melebihi kuota sebanyak dua kali
lebih, udah lha…jadi jomblo abadi nich kayaknya, huahaha….Sebenarnya
pemikiranku sederhana sich, mereka bertujuh adalah sahabat-sahabat baikku dan
ketika mereka meminta aku untuk jadi bridesmaid
di acara bersejarah mereka, bukannya harusnya aku merasa tersanjung dan mana
mungkin aku menolak. Aku hanya ingin membantu, sesederhana itu. Dan sepertinya
Tuhan juga nga segitu jahatnya sama aku dech, masa sich Dia akan bilang,
“Tres…karena kamu melebihi kuota jatahjadi bridesmaid dan tetap bandel, maka
kamu nga Aku kasih pasangan.” Menurutku, Tuhan nga sepicik dan se-childish itu. Kalau pun aku nantinya
hidup single, aku yakin alasannya
bukan karena aku sudah melebihi kuota jatah bridesmaid itu sich, hahaha…There’s a bigger and more beautiful reason than
that.
Sebagian dari mereka yang peduli dan “peduli”
padaku selalu berkata kalau aku terlalu picky.
Kadang aku sampai lelah menjelaskan kalau aku kayaknya nga sebegitu picky-nya,
tapi ya…yang namanya milih pasangan sampai maut memisahkan masa iya sich mau
milih yang asal-asalan. Nga kebayang hidup sama orang yang disayang dan
dicintai sampai maut memisahkan. Pasti waktu wedding day pikiran aneh bakal
muncul, kalau kehadiran dia nga cukup aku cintai dan cukup aku yakini untuk
menemani seumur hidup, masa iya aku mau jadi Runaway Bride kayak Julia Roberts,
kan biaya nikahnya mahal, sayang dong uangnya. Jadi…mendingan uangnya ditabung
dulu sampai ada yang benar-benar diyakini kalau dia itu benar-benar aku cintai
dan aku sayangi dan mampu saling mendukung satu sama lain dalam hubungan dengan
Tuhan dan hal-hal lainnya. Jadi…kalau dibilang aku picky, ya lumayan lha…tapi
kayaknya semua orang yang normal juga berpikiran seperti aku, tapi bedanya
adalah mereka dengan cepat menemukan “the
right one” dan jalanku berliku dan belum tentu juga sich akan menemukan
orangnya.
Nah biasanya kalau aku ngomong, “Belum tentu juga
akan ketemu.” Pasti bakal ada komentar lagi, “Bukannya belum ketemu, elonya aja
yang kurang peka.” Ampun ya…ini kehidupan siapa sich sebenarnya, huahaha…sampe
cape. Selalu aja ada komentar tentang bagaimana aku menjalani kehidupan ini dan
status “single”-ku ini sering banget
dipertanyakan. Dan sebagai seorang perempuan yang dapat dikatakan melakolis,
analitikal dan pemikir, kan lama-lama jadi kepikiran juga, kadang bisa sedih,
kadang bisa cuek, kadang nga peduli, kadang mau marah, kadang menganalisis diri
sendiri, “What is wrong with me?” dan
kadang sampe cuma bisa terdiam dan bercerita dalam doa dan keheningan
(religious amat Ter, hahaha…*tapi beneran koq akhirnya cuma bisa terdiam dan
berserah dibawa dalam doa segalau kegalauan dan kegundahan hati ini,
huahahahaha…*).
Dan karena terlalu lama jadi jomblo, di suatu hari
di tahun lalu salah satu temanku (yang seharusnya dia adalah teman dekatku dan
paham bahwa aku susah untuk suka sama orang) tiba-tiba bertanya, “Jadi siapa
korban kamu sekarang Tere?”
Dan aku nanya lha, “Korban apaan?”
Terus dia jawab, “Ya siapa yang lagi deketin kamu?”
Aku jawab aja, “Lagi nga ada koq yang deketin.”
Eh dia malah jawab, “Ah masa sich, pasti bohong ya
Tere…udah ngaku aja.”
Ya aku cuma senyum terus jawab, “Ya emang beneran
nga ada koq.”
Pas dia nanya kayak gitu aku biasa-biasa aja sich,
udah biasa dianggep player…eh temenku yang lain yang malah bilang, “Koq dia
ngomong gitu sich sama kamu Ter?”
Terus aku bilang, “Emangnya kenapa?”
Terus dia jawab, “Kamu nga merasa tersinggung?”
Aku jawab, “Tersinggung kenapa?”
Dia jawab, “Ya dianggep kayak begitu.”
Terus aku jawab aja, “Ooo….emang harusnya
tersinggung ya?”
Abis dia ngomong kayak gitu aku baru mikir, koq
bisa ya bahkan orang yang sudah aku anggap sebagai sahabat mikir aku cewek
“pemangsa”. Ya tapi ya udah lah ya, mereka bebas mikir apa pun yang mereka mau. Logikanya sich mudah ya, kalau misalkan
aku player…nga mungkin lah aku single sampe empat tahun, at least pasti gonta ganti lha (bukan
bermaksud sombong lho ya, hahaha…nanti disalahartikan lagi). Tapi kalau aku
bilang begitu, nanti temen aku pasti ada yang ngomong, “Iya…wajar elo
jomblo…elo PHP-in orang terus sich..” salah lagi, huahahaha…emang enak banget
ya kalau kasih komentar tentang kehidupan orang. Hahaha…emang lidah nga
bertulang. Ya tapi dimaafkan lha omongan-omongan miringnya, aku juga pernah
ngomongin orang jadi sama-sama penggosip juga, saya maklumi kalau begitu.
Yap...begitu lah kurang lebih komentar orang-orang di sekitarku dan reaksiku, hahaha....welcome to my life.Dan sekarang pertanyaannya adalah…Why Am I Still Single? After all these four years. Berdasarkan analisisku menjelang weekend ini (hari Jum’at) ini…entah bener atau tidak, entah ngarang atau nga…berhubung lagi iseng mau nulis tentang kehidupan single-ku, ini jawabanku…
- Aku belum menemukan seseorang yang memiliki ketertarikan yang sama denganku. Meaning: menemukan orang yang tertarik sama aku dan aku tertarik sama dia (bahasa inggrisnya : like each other, love each other). Kondisi yang sering terjadi adalah ketertarikan satu arah. Aku suka, dia nga suka. Dia suka, aku nga suka. Some kind of unrequited love. I’ve been that kind of condition lately, tapi ya udahlah, move on aja…masih banyak ikan-ikan di luar sana, walau nga ada ikan yang seperti dia, huahahaha….*udah mulai korslet otaknya, ya daripada nangis mending diketawain, ya kan?* Baru ngerasain ternyata begini ya rasanya cinta bertepuk sebelah tangan, kalau kata temen-temenku, ini karma aku, huahuauhaa…kurang ajar emang ini pada. Bukannya simpati, malah ngetawain.
- Aku memiliki banyak teman cowok, jadi sinyal ini udah mulai jelek menangkap sinyal pedekate dan bukan. Entah sejak kapan aku lupa, aku memiliki banyak teman cowok (bukan berarti aku nga punya temen cewek lho ya). Tapi…sejak aku kuliah, waktu aku ke Beijing sampai aku kerja, aku memiliki teman cowok yang mungkin jumlahnya seimbang atau lebih banyak dibanding teman cewek. Jadi kadang jalan berdua sama cowok yang beneran teman bukan suatu masalah sich buat aku. Dan mungkin hal ini menyebabkan aku nga tahu sebenarnya cowok ini cuma teman atau mau pendekatan. Mungkin karena terlalu casual, mungkin. Aku akan sulit menangkap sinyal saat seorang cowok baik sama aku, aku akan mikirnya ya dia enak dijadikan teman, anaknya asyik. Tapi aku dapat dengan mudah menangkap sinyal cowok yang nga tertarik sama aku, hahahaha…sedih ya, tragis emang. Jadi…please banget buat mereka yang lagi mau pedekate sama aku, kasih sinyalnya agak lebih kuat, karena entah ini perasaan udah mati rasa atau dingin, nga paham juga, hahaha…
- Aku memiliki sedikit cerita-cerita masa lalu yang mungkin (cuma mungkin lho ya…) membuat aku sedikit trauma dengan status “in a relationship”. Aku pernah ditinggal long distance terus putus. Aku pernah dijadiin pelarian terus ditinggal. Aku pernah punya pacar yang super posesif dan pushy banget dan memiliki kecenderungan abusive, temperamental banget dech pokoknya (untungnya belum sampai abusive ke aku ya) dan akhirnya putus. Cukup kelam sich menurutku, tapi udah moved on dan mereka sudah dimaafkan koq, gimana pun aku pernah sayang sama mereka dan setiap dari mereka ngasih pelajaran penting dan berharga buat aku, mendewasakan aku, in a good and bad way lha. Jadi…saat ada yang mendekat, langsung dech aku super skeptic dan apatis, “Back off please…back off…jangan deket-deket.” Ditambah lagi baru aja bertepuk sebelah tangan, jadi tambah sedikit skeptic lagi dech, hahaha…:p
- Aku nga mau status “jadian” yang cuma untuk memiliki status “in a relationship”. Well…aku nga mau membuang waktu dan perasaan aku untuk seseorang cuma supaya aku punya status “hey…gw punya pacar lho”, hanya untuk memiliki seseorang yang digandeng dan dibawa kemana-mana, kalau untuk diajakin jalan sepertinya nga harus selalu bawa pacar, ya kan? Because…when I fall in love and care for someone, I will fall for him so hard and I totally care about him and I won’t wasting my time for someone who doesn’t really worth it. Daripada wasting time seperti itu, mendingan jalan sama temen-temen yang asyik dan membuat aku hepi. Udah cukup lha aku nangis-nangis dan galau-galau karena disakitin. I know what I deserve.
- Ya…mungkin aku emang terlalu picky. Mungkin benar sich apa yang mereka bilang, aku terlalu picky, ya tapi kan tapi kan…pembelaanku adalah…cari pacar itu kan pasti bakalan jadi prospek pasangan hidup dong, betul kan?
Dan yang
namanya pasangan hidup itu buat seumur hidup kan?
Kalo udah
ucapin janji setia di depan Tuhan, masa abis itu pisah, nga mau kan?
Kalo pun nga
pisah terus setiap hari berantem dan rumah kayak neraka dan nga ada kasih
mesra, nga mau juga kan?
Keluarga dan
rumah itu kan menjadi pemberhentian terakhir dan tempat berlindung di saat jiwa
ini lelah dengan dunia luar, kalau di dalamnya nga nyaman, buat apa berumah
tangga, nga mau kan kayak begitu?
Masa sich mau
cari yang asal-asalan? Nga lha…kenapa sich nga ada yang mikir sejauh itu atau
aku yang mikirnya kejauhan? Kebiasaan nich jadi orang melankolis dan keseringan
menganalisis, mikirnya sepuluh ribu langkah ke depan, hahaha…I’m not a risk taker in terms of
relationship kayaknya, pernah sich jadi risk
taker tapi udah pension, udah cukup main-mainnya, perasaannya udah lelah
katanya, jadi mendingan sendiri dulu dan galau-galau karena single tapi nanti bisa senyum lagi kalau
udah galau overload dibandingin punya
pasangan terus galau dan menderita seumur hidup karena nga sejalan (jangan
sampe ya Tres…amit-amit).
- I know too much broken relationships in marriage. Selama aku hidup, aku pernah melihat kehidupan rumah tangga yang penuh dengan pertengkaran dan tidak ada kasih mesra di dalamnya dan..mungkin tanpa disadari ini memberikan trauma sendiri bagiku, sudah masuk alam bawah sadarku maksudnya.
Aku nga suka sama cowok yang suka
teriak-teriak dan berkata kasar, aku nga bisa merasa nyaman dengan cowok-cowok
seperti itu. Aku pernah melihat pertengkaran dalam rumah tangga yang sampai
suami memukul istri dan istrinya berteriak-teriak kesakitan dan meminta ampun.
Aku pernah
melihat rumah tangga yang hampir memutuskan untuk berpisah dan si anak diminta
memilih ayah atau ibunya.
Aku pernah
melihat seorang suami yang menjelek-jelekkan istrinya di depan orang lain,
bukankah itu sama saja dengan dia mempermalukan dirinya dan keluarganya?
Aku pernah
melihat seorang suami yang menjadi jauh dari orangtua dan saudaranya karena
istrinya. Sedih ketika melihat seorang suami diharuskan memilih antara orangtua
dan saudara atau istri dan anaknya.
Aku pernah
melihat sebuah rumah tangga yang berakhir di tengah jalan karena adanya
ketidakcocokan.
Aku pernah
digoda oleh seorang lelaki yang adalah suami orang, sudah sebegitu langkanyakah
kesetiaan atau sudah sebegitu murahnya arti janji setia di hadapan Tuhan?
Terlalu banyak
kerusakan yang aku lihat dan alami.
- Aku orang yang rumit dan sulit untuk dipahami. Aku sadar bahwa segala pengalamanku dan ceritaku membuatku menjadi seorang yang rumit dan sulit untuk dipahami, bahkan aku membutuhkan waktu yang sangat panjang dan perenungan yang dalam untuk memahami mengapa aku menjadi aku yang seperti ini saat ini. Aku ingin dimanja, tapi aku nga ingin dianggap seperti anak kecil dan diremehkan. Aku ingin disayang, tapi aku ingin diperlakukan sebagai lawan bicara yang setara. Aku ingin bisa menjadi orang yang dibutuhkan bagi dia dan dia bisa jadi orang yang dibutuhkan bagiku.
Di satu saat,
aku ingin dia bisa memanjakan layaknya seorang ayah dan aku ingin bisa
memanjakan dia.
Aku ingin dia
bisa menjadi lawan bicara yang seimbang seperti berdiskusi dengan saudaranya.
Aku ingin dia
bisa menjadi apa adanya dan tidak berpura-pura seperti dia berlaku dengan
sehabat-sahabatnya.
Aku ingin dia
bisa menjadikan sebagai kekasihnya dan bersikap manis dan romantis kepadaku,
begitu pun sebaliknya.
Aku ingin
saat dia bersamaku, dia bisa menjadi dirinya sendiri dan merasa nyaman, bahkan
saat di dalam dia dan tak ada kata-kata yang bisa diucapkan.
Bingung kan pasti dan
pasti langsung timbul pertanyaan atau komentar, “Ribet banget sich nie cewek.”
Melanjutkan point "Why Am I Still Single?" di blog aku sebelumnya, yeap...di bawah ini alasan-alasanku atas kehidupan single-ku yang udah cukup lama ya sepertinya...hahahaha...:D
Melanjutkan point "Why Am I Still Single?" di blog aku sebelumnya, yeap...di bawah ini alasan-alasanku atas kehidupan single-ku yang udah cukup lama ya sepertinya...hahahaha...:D
- Aku membangun tembok yang tinggi dan tebal supaya tidak ada yang masuk. Aku sulit untuk menyukai seseorang dan aku sangat mudah kehilangan rasa terhadap seseorang. Dan ketika aku menyayangi, seakan semua logika dan akal sehat ini lenyap, yeap…I’ll do everything to make him happy. Dan disitulah aku menjadi bodoh dan suka mengorbankan perasaanku sendiri. Jadi…bahaya kalau nantinya aku bertemu dengan mereka yang tidak tulus menyayangiku dan hanya ingin memanfaatkanku. Dan karena itu tanpa sadar aku membangun tembok yang sangat tinggi dan tebal dan tidak jarang hal itu membuatku merasa kesepian dan sendirian, tapi…better that way, sometimes. Tapi bukan berarti aku nga pernah kecolongan juga sich, sometimes I fall for someone who doesn’t really worth it.
- Aku sulit
menemukan orang yang memiliki visi dan misi yang sama seperti aku. Sebagai
perempuan yang rumit, otomatis aku memiliki visi dan misi juga dapat dikatakan
“unik” jika tidak mau dikatakan rumit, hahaha…aku ingin memiliki seorang
pasangan yang seiman denganku, yeap…aku pernah memiliki hubungan beda agama
yang dapat dikatakan ekstrim dan dapat dikatakan aku udah cukup bermain-main
dengan mereka yang beda agama. Bukan berarti mereka nga baik, ada yang baik,
tapi untuk jangka panjang, bukan mereka yang aku dan keluarga kecil itu
butuhkan. Jadi…seiman aja cukup dong? Nah nga gitu juga…kalau bisa dia juga
mengerti tentang ke-Kristenan yang dipercayanya (kenapa Kristen? Karena aku
adalah penganut Kristen). Dia harus paham siapa yang selama ini dia percaya,
yakini dan imani serta siapa yang dia layani, bukannya dia akan menjadi kepala
keluarga nantinya? Aku bukan berkata agama lain nga baik atau agamaku lebih
baik dari yang lain, aku percaya semua agama baik, tapi ini lebih kepada
kesamaan pemahaman antara aku dan dia. Dan aku ingin
dia juga memiliki pemahaman tentang dirinya sebagai orang Indonesia,
well..bukan berarti dia harus menjadi aktivis, politisi, atau pasukan berani
mati buat membela tanah air Indonesia, tapi aku ingin dia memiliki pemahaman
bahwa dirinya adalah bagian dari Indonesia, hidupnya bukan hanya tentang
keluarganya dan dengan Tuhan, tapi juga memiliki kecintaan dan rasa memiliki
sebagai salah seorang rakyat Indonesia. Ribet kan? Rumit kan? Unik kan? Tapi
boleh lha aku berangan-angan, huahahaha…Kalau rasa
sayang dan cinta kepadaku serta bertanggung jawab itu mungkin sudah hal yang
lumrah dan tidak rumit seharusnya.
- Cowok yang “dikenalin teman” atau perjodohan nga pernah berhasil buatku. Nah…ini adalah hal yang paling lucu, entah dech udah berapa kali temanku ngenalin aku ke cowok, huahahaha…aku aja sampe nga bisa ngitungnya. Mereka yang dikenalin masih ada yang diam di contact BBM, line atau bahkan jadi teman facebook-ku. Sebagian dari mereka ada yang akhirnya cuma jadi silent contact BBM aja, huahahaha…sebagian dari mereka akhirnya jadi teman aja, nga lebih. Awal-awal ngobrol di BBM tapi aku males kalo diajakin ketemuan, nga kenal jalan berdua kan aneh, lama-lama akhirnya dia ngilang sendiri. Atau ada yang suka sama aku, tapi akunya nga suka, trus males terus ngilang. Intinya sich…until now, dikenalin sama temen nga akan memberikan pengaruh banyak ke aku. Jadi kalo misalkan ada temanku yang baik dan perhatian terus bilang mau kenalin aku ke cowok, ya silahkan aja cuma buat nambah temen nga ada salahnya koq…dan aku udah yakin nga bakalan berlanjut kemana-mana, hahaha…just like before.
- I love to do sweet things dan kebanyakan mereka menjadi salah sangka. Saat aku mulai menyayangi dan peduli, aku akan dapat dengan sangat mudah menunjukkannya. Dan hal ini bukan hanya berlaku untuk satu orang atau pria tertentu lho ya. Saat aku merasa nyaman dengan satu peer atau circle terdekat dalam kehidupanku, aku suka melakukan hal-hal manis buat mereka. Nga sering sich, tapi aku melakukan hal itu. Misalnya…ada temanku yang suka dengan pie ayam yang aku buat, kalau aku lagi ada waktu dan lagi rajin aku buat untuk mereka (dan udah lama sich aku nga buat, maaf ya…huahahaha…), terus kalo misalkan aku jalan-jalan dan ketemu hal yang enak dan aku pikir mereka suka, aku pasti beli beberapa buat mereka. Aku suka memperhatikan orang dan memberi untuk mereka yang aku sayangi dan berarti buat aku dan kadang hal itu membuat beberapa orang salah sangka. Dan ketika aku memperhatikan orang yang aku sayang secara istimewa mereka malah merasa biasa-biasa aja. Salah kirim sinyal, lagi…>.< ampun dech ampun…huahahaha….
- Dia
tidak harus adalah orang yang sempurna, paling tidak dia sempurna untuk aku. Huaahahha…ya kan secara aku juga nga sempurna ya, nga mungkin orang yang sempurna itu mau
sama aku juga, jadi…asal kan dia memenuhi kriteria dasar yang aku miliki (dan
cukup rumit itu) ya seharusnya itu tidak menjadi masalah, hahaha…tapi emang aku
udah dasarnya picky, jadi…sudahlah…aku berhenti berharap, cape tingkat dewa.
Huahahaha…Tres Tres…ribet amat jadi perempuan.
- I don’t have any clue to be in love and to be in relationship again. Entah udah sejak kapan rasanya aku lupa aku pernah benar-benar suka sama orang, jadi aku beneran nga ngerti dan paham saat aku suka sama orang aku harus seperti apa. Ketika rasa suka dan sayang itu muncul, seakan itu sebuah perasaan aneh yang nga masuk logika dan bikin aku cape. Seriusan dech..beneran udah lupa rasanya. Entah sejak bertahun-tahun yang lalu sampai akhirnya perasaan ini bisa datang lagi dan menghabiskan sebagian energiku. Hahahaha…bodoh llha, rasanya suka sama orang aja lupa apalagi kalo ngebayangin pacaran, huahaahaha…seriusan, susah banget. Jadi kalau ada yang deket ya paling jauh dijadiin temen atau sahabat buat ngobrol dan kalau lagi butuh, kalau yang deket sampai deket…………………..banget itu kayaknya susah ya. Terakhir kali denger orang menyatakan perasaan suka ke aku aja balesnya susah, serba salah, mau nolaknya juga bingung. Kalau ditembak di dalem mobil, kalau aku tolak nanti aku diturunin di tengah jalan tol terus kalau aku hilang gimana (nga ada yang cariin juga sich). Kalau ditembak di satu tempat yang semi romantis tapi jauh dari rumah, nanti ditinggalin di restoran, huahahaha…ya berasa kayak anak SMA lagi lha, malah kayaknya pas SMA atau kuliah lebih pinter, huahahaha….jadi…biasanya aku bakal menghindar atau menjauh kalau tahu ada “sesuatu” yang mulai muncul. Dan sekaranga aku baru kena karma dijauhin sama orang yang aku suka, hiks…sedih sich, tapi ya udah lah…move on babe…move on…huahahaha…
- Last point for today about Why Am I Still
Single adalah mungkin karena seperti lagunya Kunto Aji, Sudah Terlalu Lama
Sendiri. Ya disadari atau tidak, disukai atau tidak, aku sudah mulai
menikmati status kesendirianku ini ya.
Well…ada koq
masa-masa dimana aku galau sampe super galau terus bertanya-tanya, “Emang gw
segitu nga menariknya apa?” “Emang gw segitu picky-nya apa?” Mencari tahu apa
yang salah di dalam diri sendiri, huahahaha…nangis juga pernah koq, hahaha…
Terus ada
masa dimana bertanya, “Kenapa aku nga bisa suka sama orang yang cinta mati sama
aku? Dan aku malah suka sama orang yang bahkan melirik aku juga nga.”
Ada masa
dimana aku khawatir terus bertanya, “Mau single sampe kapan?”
Ada masa
dimana super galau dan sedih itu serta masa nangis-nangis itu lewat dan ya
jalanin aja status single-nya, melakukan pekerjaan terus jalan-jalan ke pulau
lha kemana lha kesini lha kesitu lah
Ada masa
dimana super hepi dan gembira-gembira aja, kayak…ya sudahlah…kalau begini yam
au ditangisin juga percuma, jadi single kan bukan suatu penyakit atau wabah
mematikan kan.
Dan akhirnya…aku berserah aja lha sama Dia, The Creator of My Life, well…selalu
kembali kepada Dia. Sebagian orang bilang aku menyerah, sebagian orang bilang
aku pasrah, ya apa pun yang mereka omongin, terserah sich. Satu hal yang saat
ini aku percaya (walau kadang sering cape dan kehilangan iman, hahaha…)
adalah…(ini serius lho..bukan sok religious) Dia punya rencana yang lebih besar
dari rencana yang selama ini aku rancang, He
always do, in His amazing way. Kenapa aku bisa dan berani berkata seperti
itu? Karena…jika aku melihat kembali hidupku di masa lalu, semua dirancang oleh
Dia dengan begitu indah dan berwarnanya, perjalanan yang naik dan turun,
melalui lembah yang curam, bukit yang terjal, pepohonan yang rindang yang penuh
kedamaian, semua pengalaman itu memberikan banyak cerita dan pelajaran berharga
tentang arti kehidupan bagiku (ini aku nga lagi lebay lho…)
Seperti dalam tulisan-tulisan dan cerita-cerita aku
sebelumnya, aku bukannya nga jarang bertanya, “Apalagi sich Tuhan? Apalagi sich
yang mau kamu ajarkan kepadaku? Jujur nich…aku cape…kehilangan energi…jalannya
berliku-liku amat sich, cape tahu Tuhan.”
“Tuhan…kenapa sich Kamu percaya kalau aku bisa
melewati ini semua, aku aja merasa nga sanggup…beneran dech.”
Jika diingat-ingat lagi…
Jika aku nga putus dari pacar pertamaku (maaf ya
sering aku mention, tapi aku udah moved on koq), mungkin aku nga akan pernah
tahu kalau dulu aku sangat manja dan annoying,
kind of demanding type of girlfriend. Kalau aku nga putus dari dia, aku
mungkin nga akan tahu bagaimana rasanya mencintai seseorang dan akhirnya
dikecewakan. Kalau aku nga putus dari dia, aku mungkin nga akan belajar untuk
menjadi wanita yang lebih tegar dan kuat. Kalau aku nga putus dari dia, mungkin
aku nga akan bisa memiliki perasaan empati kepada sahabat-sahabatku yang baru
aja putus dari pacarku. Kalau aku nga putus dari dia, mungkin aku nga akan
masuk FEUI dan menemui teman-teman yang hebat dan membuka wawasanku tentang
keberagaman.
Jika aku berada di tengah keluarga dan pernikahan
pasangan-pasangan yang sempurna, mungkin aku nga akan mengerti rasanya memiliki
keluarga yang hancur dan memiliki empati kepada mereka yang pernah merasa
kehilangan, ditinggalkan atau diabaikan.
Jika aku saat ini udah memiliki pasangan hidup dan
menikah, mungkin aku nga akan paham pergumulan mereka yang saat ini belum
menikah. Mungkin saat ini, aku masih berada dalam tahap ini. Aku nga tahu
pelajaran apa yang ingin Dia berikan kepadaku. Apakah arti dari menunggu dalam
kesabaran dan iman? Atau arti dari hidup sendiri dan tetap memiliki dampak bagi
orang sekitar?
Jujur saja, cara Dia mendewasakanku begitu
sempurna. Kalau melihat ke belakang, aku sangat terkagum-kagum sebenernya dan
Dia benar-benar menjawab permintaanku pada waktu-Nya dan Dia memberiku
pelajaran hidup yang memang selama ini aku minta dan doakan (walau kalau
diingat-ingat lagi…ya itu sering banget aku ngeluh dan protes ke Dia, “Boleh
nga sich jalannya santai aja Tuhan? Yang lurus dan lebar gitu, nga usah
berliku-liku, terjal turun naik, kan aku jadi sering jatuh terus harus bangkit
lagi, aku tahu sich kamu menggandeng aku dan sering menggendongku…tapi….aku
cape…huhuu”
Tapi ketika aku sampai di tempat tujuan, aku cuma bisa
terkagum, tersenyum terus bilang, “Wow…thank
You God, for this journey. It is so beautiful…I feel so blessed and thank You.”
Abis itu ketagihan dan minta perjalanan yang baru lagi (lupa sama capenya
cerita…khilaf minta diajar lagi, ampun dech Ter…cukup kali…cape…) Dan aku sadar…sedikit
atau banyak, aku yang dulu (old version
of me) berbeda dengan aku yang sekarang (latest
version of me). Kalau seperti kata Alkitab, bagaikan tanah liat dan bejana
yang dibentuk sama Dia penjunanku, dicubit, ada yang dibuang, ada yang
dihilangin, sakit sich…sakit banget….tapi pasti nanti jadi bejana yang cantik
dan indah (amin ya amin…..)
Dan karena itu…aku menunggu…what’s the next big thing God? I’m waiting in curiosity, seriously. And
I’m ready, for whatever Your plan is, maybe it won’t be easy for me and hurt me
so much and make me cry, but…I’m ready God, I’m Yours. (well…it takes a lot
faith for me to say this thing, hahahaa…aduh Tuhan, aku kan udah bilang nga
mau menantang-Mu lagi, damai ya Tuhan,
aku beneran lelah ini, huhuhu…). Semangat! Semangat!
“Trust in
the Lord with all thine heart; and lean not unto thine understanding.”
(Proverbs 3:5)
This single lady,
T
Jakarta, March 27th 2015
Huahahaha bagus2 there... gak ribet kok..
ReplyDeleteak juga punya perasaan dan pikiran ingin bersama pasangan seperti yg km tulis di point2 terakhir ceritamu :D good luck ya hehehe..
tp yg paling lucu, km tulis habis bertepuk sebelah tangan... org nya baca tulisan ini gak ya... ???
sapa tau setelah baca ini dia nembak km, krn baru tau perasaanmu :p hahahahaha Gbu
Halo mbak salam kenal! 😊 Postingan ini sudah agak lama. Mungkin banyak yg sudah berubah ya? Mungkin mbak sudah tidak single lagi (amin). Saya tertarik baca ini. Ini kasus nya hampir2 mirip dg saya, bedanya, saya 26 dan baru putus. Semua perkataan tmn2 kepada mbak sudah pernah saya alami. Mulai dari 'jgn pilih2', ditanya tanya, diberi cth si tante A, tante B, nasehat yg cuma bisa dijawab 'iya2'. Saya mengerti betul bagaimana perasaan mbak. Saya yg baru putus di 26 ini juga mulai berpikir ttg masa depan. Entah sampai brp lama lagi untuk saya (yg baru putus ini - hiks) ketemu yg baru. Krn saya bukan tipe perempuan yg mudah dapat lg setelah putus. Bersyukurlah sis, biar masih single (kalau msh single ya) setidaknya kamu pernah punya mantan2. Saya baru pertama jadian usia 24. Cukup mengejutkan yah? Dan sebelumnya blm pernah pacaran (pernah bbrp kali namun blm serius). Hanya di usia 24 kmrn lah yg bisa dikatakan serius. Terbayangkah saat saya di usia 23 dulu? Saat blm berpacar? org nanya 'mana pacarnya sudah 23' dan kaget mendengar kalau saya tdk pernah pacaran? Terdengar makin aneh kan? Namun bagaiman bila blm ada yg cocok? Masa harus dipaksa menjalani? Saya terus berdoa dan baru mendapat pacar saat 24. Sedihnya, kira stlh penantian panjang pasti ini yg terbaik dan jodoh. Eh namun ternyata putus juga disaat saya 26 ini. Ya semoga setelah ini saya dpt yg benar2 jodoh, dan semoga tdk terlalu lama penantiannya heheheh. Saya doakan juga supaya mbak tidak lama2 single nya.
ReplyDeleteHello juga Mbak dvna...iya aku baru jadi single lagi Mbak...setelah beberapa waktu lqlu sempet pacaran...untuk menemukan cinta sejati sepertinya tidak ada batasan umur...baru putus dan tidak mwmiliki oacar bukanlah akhir dari hidup Mbak...kita masih pubya banyak hal dan kesempatan untuk dilakukan, mengembangkan karir, berjalan ke tempat-tempat yang belum pernah kita datangi...menikmati hidup dalam kesendirian kita...tidak perlu menunggu cinta untuk datang...dia akan datang di saat dan waktu yg tepat saat kita udah siap...semangat Mbak...tenang aja, kita ngga sendirian...welcome ya Mbak kalau masih mau cerita-cerita :)
Delete