23 Mei 2003.
#20:47#
“Selamat malam De…besok kamu ikut latihan kan?”
“Malam Ko, iya Ko…aku latihan…udah bilang sama Ci
Alina nga mau jadi singer eh tetep dipaksa.”
“Hahaha…nga apa-apa, pasti kamu bisa koq. Besok jam
9 ya di sekolah?”
“Aku nga pernah nyanyi Ko, malah diminta jadi
singer. Iya besok jam 9.”
“Ya makanya kan besok latihan, pasti kamu bisa koq,
tenang aja.”
“Hahaha…nga tahu dech, aku deg-degan nga pernah
nyanyi pake mic.”
“Tenang aja besok kan ada Ci Alina, Ci Mellisa sama
Koko kan, kamu pasti bisa.”
“Hahaha…justru itu, Koko sama Cici cici kan udah
pada jago, aku nga pernah nyanyi. Takut.”
“tenang De, pokoknya besok dilatih sampe bisa dech,
okay? Lagian kan masih ada dua kali latihan lagi”
“Uhm…okay Ko, makasih ya.”
“Kamu belum tidur de?”
“Belum Ko, sebentar lagi ini. Lagi nonton TV. Koko
belum tidur?”
“Belum…kan hari Jum’at, santai dulu lha, besok kan
weekend tapi tetep bangun pagi-pagi.”
“Hahaha..iya mau latihan ya soalnya, latihannya
besok di ruang band ya?”
“Iya De…di ruang band, tenang aja pokoknya kamu nga
usah takut ya?”
“Iya dech Ko, mudah-mudahan. Ko…aku tidur dulu ya,
udah malem.”
“Ya udah de…see u tomorrow ya. Good night. GBU.”
“Good night juga Ko, see u tomorrow, GBU.”
Sejak hari itu, Aldi dan Callista mulai intense
SMS-an. Dan entah sejak kapan tanpa disadari Callista mulai menyukai Aldi. Tapi…sepertinya
rasa suka Callista ke Aldi hanya bisa sampai kepada batas kekaguman saja. Saat
itu, dapat dikatakan bahwa Aldi adalah salah satu kakak kelas yang cukup popular
di sekolah. Anak IPA. Pintar main musik dan bisa nyanyi. Secara penampilan,
walau nga ganteng tapi dia menarik, manis dan cute. Overall…at least
dia menarik buat Callista dan bisa membuat jantung Callista berdegup tak
keruan. Dan…ini adalah kali pertama seorang Callista merasakan perasaan seperti
ini.
5 Agustus
2003.
#20:25#
“De…kamu lagi apa? Lagi les ya mandarin ya?”
“Iya Ko..dd masih di gereja, les mandarin. Ada apa
Ko?”
“Nga apa-apa De, ntar malem Koko boleh telepon ke
rumah?”
“Telepon ke rumah? emang Koko punya nomor rumah Dd?”
“Punya dong 02165xxxxx kan? Ya udah kamu les dulu
aja de.”
“Lho..koq bisa sich? Ya udah Ko, aku les dulu ya,
ntar aku sms lagi kalo selesai.”
#21:15#
“Ko…dd udah selesai les. Koko tahu nomor rumah dd
dari mana? Koq bisa?”
“eh dd ud selesai les. Tahu dong, hahaha…kan
kemarin waktu minta nomor kamu sama Aliana sekalian minta nomor rumah, satu
paket.”
“Ya ampun…si koko, hahaha…terus jadi mau telpon?”
“Boleh de?’
“Boleh ko…tapi ntar jam 10 malam ya, aku baru
selesai les, lagi jalan pulang ke rumah.”
“Okay de…ntar jam 10 kk telepon ya”
#21.50#
Kring….kring….
“Ta…ada telepon.”
“Dari siapa?”
“Nga tahu.”
“Hallo…iya ini Callista.”
“Hey de…ini koko.”
“Ooo…koko, cepet amat nelponnya, kan belum jam 10.”
“Hahaha…ya nga apa-apa kan…lagi apa de? Udah makan
malam belum?”
Dan pembicaraan di telepon berlangsung kurang lebih
1 jam. Dan Callista senang karena pembicaraan sangat menyenangkan dan satai,
tidak kaku dan garing seperti apa yang diperkirakannya. Callista dan Aldi
semakin intens SMS dan menelepon di malam hari. Mereka berbicara mulai dari
tugas sekolah, pelajaran, guru-guru, bahkan teman-teman di sekolah. Ada saja
bahan pembicaraan mereka. Dan bagia Callista, semua itu terasa menyenangkan.
Am I really falling in love with him?
Sebuah Cerita Cinta di Sekolah,
T
Jakarta, 26 Maret 2015
No comments:
Post a Comment