Dan disinilah aku
Tepat tujuh hari sejak aku meninggalkan Jakarta dan pergi ke tempat ini
Kupang
Soe
Oeekam
Op
Amanuban Tmur
Nusa Tenggara Timur
Sebagian sahabat mungkin penuh dengan pertanyaan tentang apa yang aku lakukan di tempat ini
Sampai kapan aku akan berada disini
Pertanyaan yang hampir sama setiap kali mereka mengetahuiku berada disini
Perjalanan ini adalah sebuah perjalanan yang dirancang oleh-Nya
Tahun ini aku diizinkan oleh-Nya untuk menjadi salah satu dalam Universitas Kehidupan
Dimana dia menjadi pengajar, dosen, dekan dan rektornya
Aku tidak tahu mata kuliah apa yang akan diberikan kepadaku
Aku tidak tahu berapa nilai yang akan aku dapat
Aku tidak tahu kapan Dia akan menyatakan bahwa aku lulus
Dalam minggu pertama ini
Pelajaran pertama yang Dia berikan adalah tentang berjalan bersama-Nya dalam ketidakpastian
Seakan mengetahui bahwa aku tidak menyukai ketidakpastian
Dia menjadikan "Ketidakpastian" menjadi mata kuliah pertama yang Dia ajar kepadaku
Mata kuliah umum yang menjadi dasar aku mengambil mata kuliah dan pelajaran lainnya
Selain itu, dalam mata kuliah Seni, Dia memperllihatkan kepadaku hasil mahakarya-Nya
Hamparan gunung yang luas
Dalam barisan-barisan yang rapi
Warna hijau, kuning, kemerah-merahan
Berjajar begitu indah
Mengiringi matahari yang segera masuk dalam peristirahatannya
Serta hamparan pohon dan daun-daunnya yang berguguran
Dalam warna kuning kemerah-merahan
Berbaris rapi dalam ranting-rantingnya yang hampir kehilangan daun-daun cantiknya
Serta hamparan laut biru yang bersanding dengan putihnya pasir pantai dan langit biru yang bersih
Dan kelap kelip bintang yang berkedip dengan genitnya pada malam hari
Siapa yang dapat menandingi semua keindahan itu?
Disini kami semua hanya dapat menatap dan terdiam dalam kekaguman
Dalam mata kuliah Kehidupan Nyata
Diri-Nya memperlihatkan kepadaku tentang realita kehidupan masyarakat yang tinggal di tempat ini
Desa-desa yang terpencil
Tanah-tanah kering yang meretak
Anak-anak kecil yang pemalu dan rendah diri
Para orangtua yang hidup dalam kesederhanaan
Hamparan rumah yang sangat teramat sederhana
Sangat berbeda dengan suasana di Jakarta yang selama ini aku tinggali
Di pusat kota yang penuh dengan gemerlap lampu
Dengan segala kemewahannya
Sebuah kota yang tidak pernah tertidur dan berhenti beraktivitas
Semua ini adalah mata kuliah awal yang diajar oleh-Nya
Entah pelajaran apalagi yang akan Dia berikan dalam beberapa minggu mendatang
Ada perasaan takut, ragu, penasaran dan senang
Semuanya bercampur menjadi satu
Dan disinilah aku
Kembali duduk sebagai mahasiswa di Universitas Kehidupan milik-Nya
Dari aku yang masih belajar,
T
Soe, 13 September 2015
Tepat tujuh hari sejak aku meninggalkan Jakarta dan pergi ke tempat ini
Kupang
Soe
Oeekam
Op
Amanuban Tmur
Nusa Tenggara Timur
Sebagian sahabat mungkin penuh dengan pertanyaan tentang apa yang aku lakukan di tempat ini
Sampai kapan aku akan berada disini
Pertanyaan yang hampir sama setiap kali mereka mengetahuiku berada disini
Perjalanan ini adalah sebuah perjalanan yang dirancang oleh-Nya
Tahun ini aku diizinkan oleh-Nya untuk menjadi salah satu dalam Universitas Kehidupan
Dimana dia menjadi pengajar, dosen, dekan dan rektornya
Aku tidak tahu mata kuliah apa yang akan diberikan kepadaku
Aku tidak tahu berapa nilai yang akan aku dapat
Aku tidak tahu kapan Dia akan menyatakan bahwa aku lulus
Dalam minggu pertama ini
Pelajaran pertama yang Dia berikan adalah tentang berjalan bersama-Nya dalam ketidakpastian
Seakan mengetahui bahwa aku tidak menyukai ketidakpastian
Dia menjadikan "Ketidakpastian" menjadi mata kuliah pertama yang Dia ajar kepadaku
Mata kuliah umum yang menjadi dasar aku mengambil mata kuliah dan pelajaran lainnya
Selain itu, dalam mata kuliah Seni, Dia memperllihatkan kepadaku hasil mahakarya-Nya
Hamparan gunung yang luas
Dalam barisan-barisan yang rapi
Warna hijau, kuning, kemerah-merahan
Berjajar begitu indah
Mengiringi matahari yang segera masuk dalam peristirahatannya
Serta hamparan pohon dan daun-daunnya yang berguguran
Dalam warna kuning kemerah-merahan
Berbaris rapi dalam ranting-rantingnya yang hampir kehilangan daun-daun cantiknya
Serta hamparan laut biru yang bersanding dengan putihnya pasir pantai dan langit biru yang bersih
Dan kelap kelip bintang yang berkedip dengan genitnya pada malam hari
Siapa yang dapat menandingi semua keindahan itu?
Disini kami semua hanya dapat menatap dan terdiam dalam kekaguman
Dalam mata kuliah Kehidupan Nyata
Diri-Nya memperlihatkan kepadaku tentang realita kehidupan masyarakat yang tinggal di tempat ini
Desa-desa yang terpencil
Tanah-tanah kering yang meretak
Anak-anak kecil yang pemalu dan rendah diri
Para orangtua yang hidup dalam kesederhanaan
Hamparan rumah yang sangat teramat sederhana
Sangat berbeda dengan suasana di Jakarta yang selama ini aku tinggali
Di pusat kota yang penuh dengan gemerlap lampu
Dengan segala kemewahannya
Sebuah kota yang tidak pernah tertidur dan berhenti beraktivitas
Semua ini adalah mata kuliah awal yang diajar oleh-Nya
Entah pelajaran apalagi yang akan Dia berikan dalam beberapa minggu mendatang
Ada perasaan takut, ragu, penasaran dan senang
Semuanya bercampur menjadi satu
Dan disinilah aku
Kembali duduk sebagai mahasiswa di Universitas Kehidupan milik-Nya
Dari aku yang masih belajar,
T
Soe, 13 September 2015
No comments:
Post a Comment