Tuesday, September 15, 2015

Renungan di Masa ke-28

16 September 2015

Hari ini tepat aku akan genap memasuki tahun ke – 28 perjalananku di sebuah tempat yang dinamakan Bumi ini. Seperti bumi yang memutari matahari dalam waktu 1 tahun yang kurang lebih memiliki 365 hari. Dan begitu pun aku, aku telah mengitari matahari bersama-sama dengan bumi tepat 28 kali pada hari ini. Detik berganti menit dan menit berganti jam. Pagi berganti siang, siang berganti malam dan malam berganti pagi.


Aku  adalah bagian sangat mikro yang mengisi jagat raya ini jika dibandingkan dengan besarnya alam semesta ini, entah ada berapa galaksi yang menghiasinya dan diciptakan oleh-Nya. Dan waktu yang kumiliki di tempat ini pun sangat singkat jika dibandingkan dengan umur bumi yang entah sudah berapa tua dirinya dan jika dibandingkan dengan saat pertama alam semesta ini diciptakan. Jika aku mampu membayangkan, hidup ini seakan seperti mata yang berkedip, hanya sepersekian detik dan tidak dirasakan kehadirannya. Pernah kah kamu menghitung berapa banyak matamu berkedip setiap menitnya dan apakah kamu dapat menyadarinya?

Entah perenungan apa yang ingin aku lakukan di tahun ini. Jika aku diperkenankan mengingat tahun lalu, ketika itu, hari ulang tahunku aku habiskan di Jakarta, berjalan sendirian di sebuah mal dan kemudian memakan frozen yogurt kesayanganku serta membeli sebuah jaket kulit yang aku sukai. Setelah itu, para sahabat Gema Inti memberiku kejutan kue sederhana di MGK. Dan tahun ini, aku akan melewati ulang tahunku di sebuah tempat yang masih asing bagiku, teramat asing mungkin. Jauh dari Jakarta, jauh dari keluarga dan sahabat yang selama ini selalu ada di sampingku. Sebuah tempat yang jauh dari keramaian dan hingar bingar serta kerlap kerlip lampu kota besar.
Beberapa hari yang lalu, di sebuah malam aku hanya mampu melihat kelap kelip dari ratusan bintang-bintang yang bersinar dengan indahnya di langit, suasana yang sunyi dan tenang, kelap kelip yang terasa lebih damai, yeap...berbeda dengan kelap kelip suasana lampu ramai di kota besar dengan ratusan kendaraan yang lalu lalang, waktu yang seakan berlarian dan hendak ditangkap. Seakan berlarian dengan waktu mengejar ini dan itu.

Di tempat ini, aku akan melewati hari ini dengan sebuah perenungan dalam diam. Dalam suasana sunyi dan senyap, suasana yang jauh lebih sepi jika dibandingkan dengan suasana di Bunderan HI, Thamrin. Sebuah perenungan di bawah sinar bintang yang menyala dan berkerlap kerlip dalam diam dan ketenangannya bukan cahaya yang bersinar dengan segala keterburu-buruannya.
 

Ambillah waktu untuk dirimu dan merenungi kehidupanmu Sayang
Jangan terlalu terburu-buru.
Jangan terus berlari dan berlari.
Apakah yang kamu kejar?
Apakah yang ingin kamu dapatkan?
Berilah dirimu sedikit waktu untuk dapat terdiam dalam dekapan-Ku Sayang
Berilah Aku izin untuk membagikan kepadamu arti dari kasih yang selama ini ingin Kuberikan kepadamu
Berdiamlah dengan-Ku dalam tenang
Dalam segala ketidakberdayaanmu
Dalam kelemahanmu
Percayakankanlah waktumu saat ini
Sekali ini saja, kepada-Ku
Pada rencana-rencana-Ku
Izinkan Aku memakaimu
Izinkan Aku berkarya dalam hidupmu
Bukankah selama ini Aku sudah menunggumu
Aku terlalu merindukanmu Sayang
Rindu untuk memiliki waktu berdua saja denganmu
Hanya kamu dan Aku
Lepaskan segala kesibukanmu
Lepaskan segala hal yang selama ini memasuki pikiranmu
Jalanlah berdua saja dengan-Ku
Izinkan Aku menggandeng tanganmu
Izinkan Aku untuk merangkulmu
Izinkan Aku mendekapmu dalam dekapan kasihmu
Berikan Aku sedikit waktu Sayang
Untuk menjadi hal yang kamu utamakan
Saat ini saja
Aku ingin kamu menyadari betapa kamu berharga
Dan betapa Aku sangat mencintaimu
Kamu dengan apa adanya diri kamu
Dengan segala kekurangan yang kamu miliki
Dengan segala kesalahan dan dosamu di masa lalu
Aku mencintaimu
Terlepas dari apa yang telah kamu lakukan dan siapa diri kamu di masa lalu
Dan jika kamu bertanya kepada-Ku, mengapa?
Karena Aku adalah kasih itu sendiri
Dan Aku minta sekali lagi kepadamu
Izinkan Aku untuk berjalan bersama denganmu
Berdua saja, hanya Aku dan kamu, agar kamu dapat memahami dan merasakannya
Ini adalah tentang Aku dan kamu
Hanya Aku dan kamu
Bukan tentang mereka

Sebuah perenungan di Masa ke - 28,
T
Jakarta 16 September 2015

No comments:

Post a Comment