Hari ini adalah hari ke-sepuluh aku dan kedua
temanku berada di NTT. Sudah ada sedikit pelajaran tentang salah satu provinsi
yang terletak di Pulau Timor, bagian Timur Indonesia, yang berbatasan dengan Timor Leste (pernah dengar kota "Atambua"? Nah..di pulau inilah terletak kota itu). Secara waktu, Nusa Tenggara Timur itu masuk ke Waktu
Indonesia Bagian Tengah (WITA) jadi waktu disini lebih cepat 1 jam (+8) jika
dibandingkan dengan jakarta (+7). Namun sekali pun mengikuti waktu di Indonesia
Bagian Tengah, namun orang-orang disini selalu menyebut diri mereka sebagai
orang Timor.
Setelah cerita tentang perbedaan waktu, yang harus dipahami di
tempat ini adalah cuacanya. Nusa Tenggara Timur sebagai salah satu provinsi di
Indonesia tidak sepenuhnya beriklim tropis. Iklim disini dapat dikatakan mengikuti
benua Australia. Jadi ketika aku datang ke tempat ini pada bulan September
awal, disini sedang memasuki musim kemarau karena di Australia saat ini sedang
memasuki musim semi. Puncak dari musim kemarau di tempat ini adalah bulan
Oktober sampai dengan November akhir. Terutama di November akhir, cuaca akan
panas (menurut penduduk lokal akan tetap berangin dan tidak lebih panas
dibandingkan dengan di Jakarta). Saat ini saja, sudah dapat dilihat
sungai-sungai yang benar-benar kering sekering-keringnya sampai kita bisa
menyeberang jalan tanpa menggunnakan jembatan dan dapat bermain di bebatuan
yang seharusnya terisi oleh air sungai. Dimulai sejak bulan September sampai
dengan November kita dapat melihat daun-daun yang mulai berguguran dan berganti
warna dari hijau menjadi warna kecoklatan dan kemerahan. Disini aku baru dapat
benar melihat yang namanya pohon yang
meranggas daunnya itu seperti apa dan pemandangannya sungguh amat indah, seakan
kita tidak sedang berada di negara tropis.
Sebuah daerah yang terpencil dan benar-benar tidak
memiliki listrik, bahkan tidak memiliki sinyal telepon seluler adalah hal yang
masih lazim didapati. Bagi rakyat desa memang hal tersebut adalah hal yang
biasa. Mereka belum sebegitu tergantungnya dengan listrik, mereka bisa
menyalakan pelita di malam hari (pelita? Sangat unik bagiku mendengar kata
pelita, di Jakarta kata pelita aku sering dengar saat menyebut kampus
Universitas Pelita Harapan). Ditambah lagi, mereka juga tidak segitu
membutuhkan sinyal telepon, siapa yang mau dihubungi. Jika ada sesuatu yang
penting, mereka harus berjalan ke arah pantai atau puncak gunung untuk
mendapatkan sinyal dan berkomunikasi dengan orang lain di luar desa tersebut.
Jujur...bagiku ini merupakan sebuah berita yang cukup mengagetkan, terlebih
lagi ketika aku tahu bahwa kemungkinan aku akan tinggal di tempat itu selama 3
bulan, huhuhu...baru berasa kalau aku manja.
Setelah puncak musim kemarau di bulan November,
memasuki bulan Desember sampai dengan Maret maka di provinsi yang terletak di
atas Benua Australia ini akan memasuki musim hujan yang berkepanjangn. Jika
pada musim Oktober November kita akan terbiasa melihat tanah-tanah yang retak
dan garing karena terlalu kering dan bencana kekeringan di beberapa daerah yang
tidak memiliki sumber air, maka pada bulan Desember dan Januari ini jangan
heran jika kita akan mendengar ada banyak berita tentang bencana longsor.
Lalu...seiring dengan Benua Australia yang akan
memasuki musim dingin di setiap pertengahan tahun, maka pada bulan April sampai
dengan Juni, cuaca akan kembali menjadi dingin, anngin bertiup kencang namun
tidak hujan. Saat itu, di Australia telah memasuki musim gugur dan akan
memasuki musim dingin. Nusa Tenggara Timur akan memasuki suhu terendah dan
terdingin pada bulan Mei dan Juni, jadi...kalau kalian ke sini pada bulan Mei
dan Juni, siapkan jaket dan juga long john, karena udara disini relatif lebih
dingin dibandingkan di Jakarta. Kalau musim-musim sekarang ini, mungkin
cuacanya udaranya mirip dengan udara di Lembang atau di Bedugul. Jadi selalu bawa
jaket kalau kesini, terutama kalau main ke daerah pegunungan. Baju dingin
adalah barang yang wajib dibawa, terutama buat orang yang tidak terlalu kuat
dengan udara dingin.
Kontur Jalanan
Dua minggu pertama aku dan kedua temanku berada
disini, kami tinggal di sebuah kota yang bernama Soe. Kota Soe ditempuh dengan
3 jam perjalanan mobil dari Kupang. Kota Soe ini terletak di daerah pegunungan,
jadi cuacanya relatif dingin. Sekali pun matahari bersinar terik, namun angin
juag bertiup kencang pada musim-musim ini, jadi tanpa disadari kulit kita akan
menjadi relatif lebih gelap karena udara dingin yang disinari matahari ini. Jadi...siap-siap
sedikit menggelap ya, hahahaha...
Kontur jalanan di Kota Soe, atau tepatnya di
Kabupaten Timor Tengah Selatan, adalah pegunungan. Jadi..disana gunung dan
disini gunung, dimana-mana, sejauh mata memandang yang terlihat adalah
pegunungan. Hahahhaa...karena kontur pegunungan yang naik turun, penuh dengan
belokan dan belum semua jalan beraspal, jadi tidak mengherankan jika sebuah
tempat yang hanya berjarak 60 km dari Kota Soe harus ditempuh dalam 3 sampai
dengan 4 jam perjalanan. Sebuah tempat yang berjarak 38 km ditempuh dengan 2
jam perjalanan. Jadi...adalah sebuah hal yang biasa kami berlama-lama di jalan,
bukan karena macet namun karena kontur jalanannya yang naik turun, berbatu-batu
karena tidak beraspal.
Jadi kalau mau menempuh perjalanan jauh jangan lupa
bawa antimo, karena perasaannya berbeda dengan menempuh jalanan di Jakarta yang
juga lama tapi hanya lurus belok kanan belok kiri, jarang ada naik turunnya.
Tidak ada
Listrik dan Tidak ada Sinyal Telepon Seluler
Jujur saja, sebagai orang yang berasal dari Jakarta
(bukan mau nyombong ya maskudnya), bagiku agak sulit untuk membayangkan sebuah daerah
yang belum memiliki listrik dan sinyal telepon seluler sama sekali. Sebelum aku
pergi ke tempat ini, aku pernah berwisata ke pulau-pulau yang tidak memiliki
listrik pada siang hari namun memiliki listrik pada jam 6 sore sampai jam 6
pagi keesokan harinya. Ditambah lagi daerah tersebut hanya bisa memiliki sinyal
dari Telkomsel saja dan provider laiin menjadi sampah di tempat itu. Bahkan
bagiku, hal tersebut adalah sesuatu yang langka. Namun...di tempat ini, hal tersebut
sungguh terjadi.
Saranku bagi mereka yang nga bisa lepas dari
gadgetnya, ini adalah saatnya bagi kalian buat belajar melepaskan
ketergantungan dengan gadget kalian, hahaha...(tersenyum miris). Kalau nga
sanggup, bawa lah banyak power bank untuk persediaan selama beberapa hari. Tapi
yakin ke NTT isi kopernya cuma powerbank doang?hahahaha....
Keindahan
Alam
Asli deh alam di Timor sini masih indah dan asli
banget, sangat teramat belum komersil dan terjamah. Setiap melihat pegunungan
dan pantai yang indah aku cuma bisa berdecak kagum dan berkata “wow”. Dan kesempatan
untuk melihat bintang di malam hari masih besar banget, karena disini belum
terlalu banyak lampu jalanan. Langit juga biru bersih sekali, jarang ada awan. Dan
malam hari pun langit sangat bersih. Dan ketika disini baru bisa memahami kalau
sinar bulan di malam hari saat bulan purnama itu ternyata terang dan cahayanya
bisa menyinari orang desa berjalan di malah hari. Beneran indah banget, God is
really awesome.
Bahasa dan
Kebiasaan
Sedikit bahasa daerah yang perlu teman-teman tahu
saat teman-teman berada di daerah Timur adalah...
Kalau kalian ada orang baru dan dianggap sebagai
tamu yang diihormati, maka ketika kalian datang mereka akan melakukan upacara
penyambutan seperti memberikan kain yang diletakkan di leher kalian. Itu adalah
adat dan kebiasaan orang Timur saat menyambut tamu dan orang baru yang mereka
hormati.
Jika di Jakarta, cara kita menyapa dengan orang
yang sudah kita anggap dekat adalah dengan cipika cipiki (cium pipi kanan, cium
pipi kiri, well..cipika cipiki aja masih belum lazim sih, biasanya kita cuma bersalaman
aja). Nah kalau disini...jika dengan orang yang sudah mereka anggap dekat
sebagai keluarga, cara menyapa adalah dengan menempelkan hidung (tips: saat
menempelkan hidung jangan lupa mengatupkan mulut ke dalam, terutama buat orang
yang berhidung pesek seperti aku dan tahan saja nafas beberapa detik).
Terus kebiasaan menyapa...sebagai orang yang
tinggal di Pulau Jawa atau Jakarta, cara kita menyapa orang yang baru kita
kenal adalah dengan sebutan Bapak dan Ibu,
kalau disini cara menyapa agar lebih terasa “Timur” adalah dengan
menyebut “Bapak” dan “Mama”. Panggillah Ibu-Ibu tersebut dengan sebutan Mama,
mereka akan merasa lebih senang. Sampai sekarang aku masih agak canggung sih,
kadang manggil Ibu, kadang manggil Mama, hahaha...oiya...orang-orang di Timur
sini juga senang dipanggil dengan diikuti titel yang dijabatnya, jadi kalau dia
adalah seorang pendeta panggillah dia dengan sebutan “Bapak Pendeta”, jika dia
adalah kepala desa panggilan dia dengan sebutan “Bapak Kepala Desa”. Kurang
lebih seperti itu...nanti kalau ada update lebih baru akan aku tulis lagi ya.
Pokoknya jangan lupa menyisipkan titel mereka saat memanggil mereka, mereka
akan merasa lebih dihormati dengan cara seperti itu.
Kata-kata sehari-hari yang boleh diketahui saat
berada disini adalah
Onme: apa kabar
Lekko: baik
Mo’e’sa: apa kau buat?
Ho kana sa’kau: siapa nama kamu?
Au kana...: nama saya....
Kase: panggilan untuk orang “besar” atau orang yang
dihormati
Kase anak: anak dari kase
Tub: tidur
Sampai jumpa: heis hai em mam tein
Manikin: dingin
Maputi: panas
Au sesa: saya mengantuk
Au ha tub: saya mau tidur
Hau meni: kayu cendana
Om hit nau: mari kita pergi
Nau me: pergi kemana
Neu au ume: pergi ke rumah saya
Au: saya
Ume: rumah
Ume sekau: rumah siapa
Sekau: siapa
In: dia
In sekau: rumah dia
Kan muif: tidak ada
Paleo: tidah usah
Sedikit penjelasan kenapa kata “Aku” adalah “Au”
dan bukan “Beta”? artinya sebenarnya sama, tapi kalau “Au” itu istilahnya
adalah bahasa halusnya dan “Beta” itu adalaha bahasa yang lebih informal yang
bisa berarti “gw”.
Orang-orang disini juga suka menyingkat kata-kata,
baru beberapa yang bisa aku pahami, contohnya:
“Satu saja”
menjadi “satu sa”, kata “saja” disingkat menjadi “sa”.
“Sonde”
adalah bahasa Timur yang memiliki arti “belum”,
contohnya kata “belum makan” menjadi
“Sonde makan” dan bisa disingkat
menjadi “son makan”.
“Sudah makan”
menjadi “Su makan”, kata “sudah” disingkat menjadi “su”.
Yeap...kurang lebih begitu cerita yang aku dapati
selama kurang lebih 10 hari aku berada disini. Semoga nanti aku bisa menuliskan
cerita-cerita lain yang menurutku unik untuk diceritakan.
Ketika aku berada di Timor,
T
Soe, 16 September 2015
Nice story,,,,,,,, betah2 ya
ReplyDeleteThanks Alim...doakan ya supaya gw betah disini...see u very soon next year alim...:)
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteWhoaa mantappp neh tess.. pantes jarang keliatan.. ^_^
ReplyDeleteenak gak disana? pemandangan nya bagus2 yaah?
Semoga sukses pelayanan misinya yaah..
GBU always tesss... :)
Hav a nice day.. ^_^