Thursday, October 23, 2014

Rika Akana dan Diriku

Rika Akana. Bagi teman-teman yang merupakan bagian dari generasi 90-an mungkin akbrab dengan nama ini. Nama seorang tokoh di film Tokyo Love Story. Jujur saja, aku tidak ingat plot cerita dari drama seri Jepang ini. Aku hanya ingat lagunya bagus dan drama seri ini sangat populer di tahun 90-an.

Seperti drama seri lain pada umumnya, drama seri ini bercerita tentang cerita cinta muda mudi di Tokyo ditambah dengan dramanya. Rika Akana. Seorang gadis muda yang sangat ceria dan periang. Dirinya jatuh cinta dengan seorang pemuda yang masih terperangkap dengan cinta pertamanya di masa SMA yang dia sukai sejak 5 tahun yang lalu.

Cinta Rika kepada tokoh pria itu begitu tulus dan apa adanya. Bagi Rika, pria itu adalah segalanya. Dia mencintai pria itu sepenuh hati dan jiwanya. Dia akan memberikan dan melakukan segalanya asalkan pria itu bahagia. Bagi Rika, cinta sesederhana itu. Tulus dan apa adanya. Dirinya rela terluka dan tersakiti asalkan pria itu bahagia. Seakan menjadi malaikat pelindung bagi pria rapuh yang dicintainya. Dan tanpa disadari oleh dirinya bahwa dirinya juga rapuh. Segala keceriaan dan tawanya hanya untuk menutupi kelemahan dan kerapuhan karena dirinya tidak mau menjadi beban bagi orang lain.

Mengapa aku menulis nama Rika Akana? Mengapa bukan tokoh yang lain? Ketika menonton film itu, aku merasa memahami apa yang dirasakan Rika. Ketika tokoh pria memgatakan bahwa cinta Rika terlalu besar baginya dan pada akhirnya menjadi beban baginya. Dulu aku tidak memahami apa arti dari kata-kata itu. Terlalu klise dan basa-basi, cara paling mudah untuk mengakhiri hubungan dengan seseorang. Apakah benar ada cinta tulus yabg terlalu berlebihan? Aku tidak tahu jawabannya, tapi yang aku tahu cinta yang tulus itu menjadi beban karena dirinya tidak mampu membalas rasa cintanya dalam kadar yang sama. Dan pada akhirnya terucaplah kata, "Aku nga pantas untukmu. Kamu terlalu baik untukku." Klise dan omong kosong.

Sudah lama sejak aku belajar mencintai dengan tulus dan sepenuh hati. Telah lama sejak aku berusaha menjadi malaikat untuk orang yang aku sayangi. Lupakah aku dengan rasa itu? Aku tidak tahu. Ada sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa orang yang paling banyak memberikan cinta dan menyayangi adalah yang paling mudah tersakiti dan terlukai dalam sebuah hubungan, benarkah itu? Aku tidak tahu. Hanya satu hal yang dapat aku ingat, aku suka untuk mencintai dan menyayangi seseorang. Salahkah itu?

Di akhir cerita, Rika ditinggalkan oleh pria itu. Cinta pertama pria itu akhirnya menyadari pria itu teramat menyayanginya dan tidak rela kehilangan pria jtu. Dan pria itu memilih cinta pertamanya. Di dalam hubungan mereka, Rika menjadi sebuah alat untuk mengingatkan pasangan itu bahwa mereka saling mencintai. Rika ditinggalkan dan melanjutkan hidupnya. Dan aku, aku juga berakhir dengan dia, orang yang pernah aku sayangi dan cintai dengan tulus. Luka yang begitu dalam dan sakit. Aku pernah menganggap diruku sebagai korban. Namun kini aku paham, bahwa dirinya adalah pembelajaran untuk diriku. Ceritaku dengannya mengajarkan banyak hal tentang luka dan rasa sakit. Apakah aku sudah move on? Apakah aku dapat mencintai dengan kadar yang sama dengan yang pernah aku lakukan dulu? Aku tidak tahu. Sebagian sahabat yang mengenalku mengatakan bahwa aku belum move on dari kisah laluku. Datu hal yang aku pelajari, aku tidak mungkin bisa membenci orang yang pernah hadir dan menempati posisi istimewa di hati ini. Hal itu terasa seperti pengkhianatan terhadap hati ini. Dirinya tidak pernah hilang, namun telah menjadi bagian dari masa laluku. Hanya jika aku amnesia baru aku bisa melupakannya. Aku tidak bisa melupakannya, namun aku telah memaafkan dan merelakannya menjadi sejarah masa laluku. Tak ada lagi amarah dan dendam.

Hanya satu hal yang aku pahami, saat hati ini sudah terketuk dan kembali terbuka, aku akan belajar untuk mencintai dengan tulus lagi, seperti yang pernah aku lakukan dan mungkin lebih baik.

Dan untuk kamu seseorang yang akan bersamaku saat ini dan di masa yang akan datang, jangan berpikir kamu bersaing dengannya. Jangan meminta aku melupakan dan memaksaku membencinya, karena kamu hanya memintaku membohongi diriku sendiri. Dan itu tidak adil untuk kamu. Jangan memintaku memghapus dirinya dari sejarah hidupku. Dirinya telah membentukku menjadi sosok wanita yang kamu cintai saat ini. Kehadirannya serta rasa sakit dan luka yang dia berikan telah menyempurnakan diriku untuk menjadi pendampingmu. Selamanya. Dan untuk saat ini dan di masa yang akan datang, hati ini  adalah untuk kamu. Mungkin dia adalah yang pertama, tapi kamu adalah yang terakhir.

Dari aku dan "baggage" yang kubawa,
T
Jakarta, 23 Oktober 2014

No comments:

Post a Comment