Friday, June 26, 2015

Aku dan Kesendirianku



“Hey kamu…mana pacarnya? Kenalin dong.”
“Kamu belum punya pacar…serius? emangnya nga mau nikah?”
“Eh…mau nga dikenalin sama temanku?”
“Kamu sich terlalu banyak memilih…udah yang penting baik dan sayang sama kamu aja. Cinta bisa tumbuh pelan-pelan…”
“Kamu nga mau menikah? Punya suami dan punya anak akan membuat hidupmu terasa lengkap lho…”
Di saat para sahabat telah memiliki pasangan, menikah dan bahkan sudah punya anak, pertanyaan-pertanyaan seperti ini akan dengan setia menghampiri saat seorang jomblo bertemu dengan saudara-saudaranya di acara keluarga atau bertemu dengan sahabat dan teman-temannya di acara reuni atau apa pun acaranya.

Bagi sebagian orang, status “sendiri” merupakan sebuah status yang terkadang menyedihkan sampai harus diberikan empati atau status yang seringkali ditertawakan. Seakan, seseorang yang masih jomblo itu memiliki strata yang lebih rendah dibandingkan dengan strata orang-orang yang telah memiliki pasangan dan telah menikah.

Jika melihat seorang yang berstatus “sendiri” jalan atau nonton sendirian, sebagian mereka yang sudah memiliki pasangan akan berkata, “Makanya cari pacar, jadi kalau jalan dan nonton ada yang temenin.”

Jika melihat seorang yang berstatus sendiri pergi kemana-mana sendirian, sebagian mereka yang sudah memiliki pasangan akan berkata, “Makanya cari pacar, jadi kalau kemana-mana ada yang anter jemput.”

Dan yang terkadang menyedihkan adalah mereka yang pada awalnya berstatus “sendiri” kemudian memiliki pasangan, mereka seakan menjadikan hal tersebut sebagai pencapaian terbesar mereka, mengubah status “sendiri” atau “single” menjadi “in a relationship”. Seakan dengan memiliki status “in a relationship” mereka sudah naik strata dan memisahkan diri dari kumpulan makhluk-makhluk “sendiri” lainnya.

Semua perlakuan tersebut kepada mereka yang masih memiliki status “sendiri” menunjukkan seakan seseorang yang masih “sendiri” tidak berbahagia dan tidak bisa menikmati hidupnya. Semua perlakuan tersebut seakan ingin memperlihatkan bahwa seseorang yang masih “sendiri” itu akan merasa kesepian, tidak menjalani kehidupan yang utuh, tidak bisa berbahagia dan menikmati hidup seperti layaknya orang-orang yang sudah berpasangan atau bahkan menikah dan memiliki anak.

Jika ada orang yang bertanya kepada mereka yang berstatus “sendiri”,
“Sebagai orang yang masih “sendiri” apakah kamu tidak pernah merasa kesepian?”
Dan sebagai seorang perempuan yang masih berstatus “sendiri”,
Aku akan menjawab, “Ya…aku pernah merasa kesepian.”

Kemudian jika ada orang yang bertanya kepadaku,
“Apakah kamu pernah merasa tidak bahagia?”
Aku akan menjawab,
“Ya…aku pernah merasa tidak bahagia.”

Lalu…jika ada orang yang bertanya kepadaku,
“Apakah kamu pernah merasa tidak utuh sebagai seorang perempuan?”
Aku akan menjawab,
“Ya..aku pernah merasa tidak utuh.”

Dan…jika kamu bertanya kepadaku,
“Apakah kamu tidak ingin menikah?”
Aku akan menjawab,
“Ya…aku ingin menikah.”

Namun…
Sebuah hal yang aku pelajari adalah..

Ketika aku mengatakan bahwa aku pernah merasa kesepian
Ketika aku mengatakan bahwa aku pernah merasa tidak bahagia
Ketika aku mengatakan bahwa aku pernah merasa tidak utuh sebagai seorang perempuan
Itu semua tidak selalu berkaitan dengan statusku yang masih “sendiri”

Karena bahkan di saat aku memiliki pasangan
Aku pernah merasa kesepian
Bahkan di saat aku memiliki pasangan
Aku pernah merasa tidak bahagia
Bahkan di saat aku memiliki pasangan
Aku pernah merasa tidak utuh

Dalam kesendirianku, aku belajar bahwa rasa kesepian, bahagia dan keutuhan itu semua adalah pernyataan dari pikiranku sendiri

Dalam kesendirianku, aku belajar bahwa jika aku tidak bisa menikmati rasa kesepianku, maka saat menjadi pasangan bagi orang lain, aku akan menjadi seorang pasangan yang akan memiliki kertergantungan kepada pasanganku.
Aku akan selalu mencari pasanganku kapanpun
Aku akan mengikutinya kemana pun dia pergi
Aku akan menghubunginya dari pagi hingga malam sebelum tidur
“Posesif”
Ya…aku akan menjadi seorang pasangan yang posesif
Aku tidak akan bisa hidup tanpa ada pasanganku di sampingku
Aku tidak akan mampu berpisah terlalu lama darinya
Karena jika berpisah, rasa kesepian yang aku takuti akan datang dan menghantuiku
Dan identitas diriku lama kelamaan akan hilang saat pasanganku tidak bersamaku
Dan jika suatu saat pasanganku pergi meninggalkanku, aku akan kehilangan arti diriku
Karena saat dia pergi, aku kehilangan hampir seluruh kehidupanku karena hampir seluruh hidupku, aku jalani bersamanya, saat kami masih bersama
Dan saat berpisah, ada banyak ruang kosong yang harus diisi
Perasaan kosong itu membuat diriku semakin merasa sepi dan tidak berarti
Aku pernah menjadi pasangan yang posesif
Aku pernah memiliki pasangan yang posesif
Seiring dengan berjalannya waktu, aku tidak menyukainya

Dalam perjalanan ini, aku belajar bahwa…

Seorang pasangan tidak bisa terus menerus berada di samping pasangannya
Seorang pasangan tidak bisa terus menerus harus berjalan bersama dengan pasangannya
Seorang pasangan harus bisa memiliki waktu sendirinya
Seorang pasangan harus bisa menikmati masa kesendiriannya saat pasangannya tidak ada

Dalam kesendirianku,

Aku belajar bahwa kebahagiaanku tidak didefinisikan dari apakah aku memiliki pasangan
Aku pernah memiliki pasangan
Aku pernah memiliki pasangan yang membuatku merasa bahagia
Aku pernah memiliki pasangan yang membuatku merasa sedih 
Aku pernah memiliki pasangan yang membuatku tidak dapat menjadi diriku sendiri
Dari pengalaman itu aku belajar bahwa bahagia atau tidaknya diriku itu adalah sebuah pernyataan pikiran
Aku bisa berbahagia jika aku memutuskan untuk selalu berbahagia dan mensyukuri setiap keadaan yang aku jalani
Bukan karena aku memiliki pasangan atau tidak
Bukan karena aku memiliki materi yang melimpah atau tidak
Jika aku tidak bisa berbahagia dalam kesendirianku
Maka aku hanya akan memberikan hubungan yang penuh dengan tekanan dan emosi negatif terhadap pasanganku
Dan aku tidak menginginkannya

Dan jika aku merenungkan tentang keutuhan diri

Dalam perjalananku,
Aku belajar bahwa jika aku sebagai seorang perempuan tidak bisa merasa utuh sebelum memiliki pasangan
Maka saat memiliki pasangan, keutuhan itu tidak akan pernah aku dapatkan
Bagiku, keutuhan diri adalah saat dimana aku bisa menjalani dan menikmati kehidupan ini dengan atau tanpa pasangan
Dengan atau tanpa pasangan aku bisa tetap merasa utuh dan sempurna
Jika aku belum merasa bahwa aku utuh sebagai seorang perempuan
Maka aku akan menjadi seorang pasangan yang selalu akan merasakan tidak aman
Aku akan menjadi pasangan yang curiga terhadap pasanganku
Aku akan menjadi pasangan yang dengan mudah cemburu
Aku akan menjadi pasangan yang merasa rendah diri
Aku akan menjadi pasangan yang kembali bergantung sepenuhnya kepada pasanganku
Dan aku pernah berada menjadi pasangan yang seperti itu
Aku menjadi pasangan yang sangat merepotkan
Dan saat ini, aku tidak menyukai diriku yang seperti itu
Dan aku tidak ingin memiliki pasangan yang seperti itu

Dalam kesendirianku,
Aku belajar bahwa aku tetap merasa bahwa aku utuh
Aku belajar bahwa aku diciptakan secara sempurna
Dengan atau tanpa adanya pasangan
Pasanganku tidak mendefinisikan diriku dan kehidupanku

Dan jika dipertanyakan tentang apakah aku ingin menikah?
Aku tidak akan munafik dengan mengatakan aku tidak ingin menikah
Tapi dengan adanya keinginan untuk menikah bukan berarti aku harus menikah karena aku sudah berada dalam batas umur tertentu
Bukan berarti aku harus asal memilih hanya karena aku ingin menikah
Bukan berarti aku asal memilih karena sahabat-sahabatku yang lain telah menikah dan memiliki anak

Ketika aku memutuskan untuk memiliki pasangan
Bukan berarti aku sembarangan memilih dia yang tidak sengaja lewat di depan mataku
Bagiku pasangan hidup bukanlah separuh jiwaku

Dengan atau tanpa dia
Aku memiliki jiwaku seutuhnya
Dengan atau tanpa dirinya
Dia memiliki jiwanya seutuhnya

Dengan atau tanpa dia
Aku bisa menikmati kehidupanku
Dengan atau tanpa aku
Dia bisa menikmati kehidupannya

Ketika aku memutuskan untuk memiliki pasangan
Itu berarti aku merasa bahwa aku telah yakin bahwa aku siap
Untuk menjalani sebuah hubungan yang lebih matang dan dewasa
Itu berarti aku telah yakin bahwa aku memiliki tujuan akhir yang sama dengan dirinya

Ketika aku memutuskan untuk memiliki pasangan
Itu berarti bahwa dirinya memiliki pandangan tentang kehidupan dan kesendirian yang sama denganku
Itu berarti bahwa dirinya telah utuh dengan atau tanpa diriku
Itu berarti bahwa dirinya telah berbahagia dengan atau tanpa diriku

Ketika aku memutuskan untuk memiliki pasangan
Itu bukan berarti aku sangat membutuhkan dan tidak bisa hidup tanpa dirinya
Itu berarti bahwa dengan berjalan bersama kami dapat mencapai sebuah tujuan bersama yang lebih baik
Kami dapat saling mengisi dan menutup kekurangan

Ketika aku memutuskan untuk memiliki pasangan
Itu karena kami yakin bahwa kami saling menyayangi
Itu karena kami yakin bahwa kami dapat saling menerima dan memahami perbedaan
Itu karena kami yakin bahwa kami memiliki tujuan yang sama
Itu karena kami yakin bahwa kami tidak akan menyerah sekalipun banyak kesulitan dan godaan yang datang
Itu karena kami yakin bahwa tidak akan melupakan komitmen yang telah diucapkan
Itu karena kami memiliki pemahaman yang sama tentang apa yang menjadi dasar dari hubungan kami

Mungkin sebagian dari mereka, ada yang berpikir bahwa ini hanyalah pembelaanku akan “kesendirianku”
Aku tidak akan mengelak karena mungkin itu benar
Mungkin sebagian dari mereka, ada yang berpikir bahwa keinginanku terlalu muluk-muluk dan sempurna
Ya…mungkin itu benar
Tapi satu hal yang aku pahami adalah
Aku telah belajar untuk menikmati kesepian dalam kesendirianku
Aku telah belajar untuk berbahagia dalam kesendirianku
Aku telah belajar untuk menjadi perempuan yang utuh dalam kesendirianku
Apakah aku harus mengorbankannya untuk seseorang yang aku rasakan tidak layak dan hanya akan membuat hari-hari yang aku jalani terasa sulit?
Untuk seseorang yang hanya membuat aku menangis dan menjalani kehidupan yang menyedihkan dan aku sesali?

Bagiku untuk berpasangan dan sampai pada akhirnya menikah
Adalah komitmen seumur hidup
Dan aku tidak mau menjalani seumur hidupku dengan seseorang yang bahkan tidak mampu menghargaiku
Dengan seseorang yang bahkan tidak mengetahui arti dan nilai diriku
Aku tidak akan mengorbankan diriku hanya agar dapat memiliki status “in relationship” atau “married with”

Bukan berarti aku tidak mau belajar untuk memahami dan menerima kekurangan
Bukan berarti aku tidak mau belajar untuk berkompromi
Aku akan belajar melakukannya dengan orang yang mengetahui arti diriku
Dengan seseorang yang menghargaiku
Karena aku tahu nilai diriku dan aku tahu bahwa aku berharga

Aku dan kesendirianku,
T
Jakarta, 26 Juni 2015

No comments:

Post a Comment